Bisnis.com, KUALA LUMPUR – Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak mengatakan ujian sejati bagi tingkat kesehatan negara datang ketika krisis melanda.
“Sangat mudah untuk membuat komitmen ambisius dalam kondisi yang baik, tetapi lebih sulit untuk mempertahankannya ketika sistem ekonomi atau politik berada di bawah tekanan yang nyata,” ujarnya dalam pidato penutupan Global Policy Forum Alliance for Financial Inclusion (GPF-AFI) 2013, Kamis (12/9/2013).
Menurutnya, Malaysia pernah menghadapi situasi tersebut pada krisis moneter Asia 1997. Dalam periode sulit tersebut, tuturnya, Malaysia bersama dengan negara tetangga melihat dengan jelas kebutuhan untuk memperkuat fundamental ekonomi.
“Tantangan jangka pendek dalam restorasi stabilitas dan pertumbuhan, juga memberi kami tekad dan kesempatan untuk memajukan reformasi struktural yang mendalam,” ujarnya.
Dalam gilirannya, tuturnya, hal ini membuat Malaysia secara signifikan lebih tahan ketika satu dekade kemudian krisis keuangan baru terjadi di Amerika Serikat. “Setelah mengambil langkah yang diperlukan untuk memperkuat perekonomian Malaysia pasca krisis 1997, kami jauh lebih siap untuk menghadapi 2007,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Perdana Menteri secara simbolis menutup GPF-AFI 2013 dengan memukul gong sebanyak tiga kali. Selanjutnya, Perdana Menteri menyerahkan pemukul gong kepada Nicole Crooks, Manajer Senior Bank Sentral Trinidad and Tobago, yang akan menjadi tuan rumah GPF-AFI 2014.
GPF-AFI 2013 berlangsung mulai 10 hingga 12 September 2013 dan dihadiri oleh 400 delegasi dari 80 negara. AFI saat ini memiliki 108 anggota yang berasal lebih dari 85 negara. Anggota AFI merupakan bank sentral dan regulator di bidang keuangan.