Bisnis.com, JAKARTA - Standard Chartered Bank Indonesia tidak mengkhawatirkan potensi perlambatan kredit akibat kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan kembali suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada bulan ini.
Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia Thomas John Aaker menyebutkan hingga saat ini pihaknya belum merasakan dampak kenaikan BI rate yakni perlambatan kredit.
Tom bahkan memproyeksikan pertumbuhan kredit perusahaan sepanjang semester II/2013 lebih baik dibandingkan dengan semester I/2013.
Berdasarkan laporan keuangan Standard Chartered Bank pada semester I/2013, outstanding kredit mencapai Rp29,61 triliun. Adapun, aset yang dibukukan sebesar Rp53,34 triliun.
Untuk non performing loan (NPL) gross, sebesar 5,2% dan NPL net 0,83%. Adapun rasio pendanaan terhadap pembiayaan (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 108,13% dibandingkan dengan 115% pada periode yang sama tahun lalu.
"Saya tidak setuju bahwa ada perlambatan kredit. Kami masih tumbuh dan sangat optimistik terhadap prospek bisnis kami. Kami menargetkan peningkatan penyaluran kredit pada semester II/2013," ujar Tom kepada Bisnis, Selasa (17/9).
Sayangnya, Tom enggan membeberkan target pertumbuhan yang ingin dicapai perusahaan.
Dia menambahkan keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan berpengaruh positif terhadap pasar. Dia mencontohkan saat ini nilai tukar rupiah menguat, ekuitas pasar juga meningkat.
Tom mengemukakan salah satu strategi utama Standard Chartered Bank di Indonesia adalah mempererat hubungan dengan nasabah dan debitur. Selain itu perusahaan juga akan fokus menggarap perbankan ritel dengan menyasar klien segmen tertentu.