Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Bukopin meraup laba sebesar Rp30 miliar sepanjang periode 2013, tumbuh 30% dibandingkan dengan pertumbuhan laba 2012 yang mencapai 47,59%.
Direktur Utama Bank Syariah Bukopin Riyanto mengatakan pertumbuhan laba sepanjang 2013 tertekan oleh biaya dana (cost of fund) akibat peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate.
"Laba tertekan oleh cost of fund sejak Juli-Agustus 2013, secara umum biaya dana mengalami peningkatan 2%," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (5/2/2014).
Pada akhir 2012, BSB meraup laba hingga Rp15,1 miliar, tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode 2011 sebesar Rp12,2 miliar.
Sepanjang 2013, BI telah menaikkan suku bunga acuan hingga 175 Basis poin. Hal tersebut mengakibatkan kenaikan cost of fund dan menyebabkan laba perbankan syariahpun melambat.
Padahal, BSB pada Semester I/2013 membukukan pertumbuhan laba bersih mencapai 148,94% dari periode Januari-Juli 2012 atau senilai Rp18,69 miliar.
Realisasi pada Januari-Juli 2013 tersebut ditopang oleh kinerja keuangan BSB yang positif di segmen pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK).
Akan tetapi, hingga akhir Desember 2013, pertumbuhan DPK perseroan mencapai 30% dari Rp2,29 triliun menjadi Rp3,4 triliun.
Adapun pembiayaan yang disalurkan oleh BSB sepanjang tahun lalu mencapai Rp3,2 triliun, meningkat 30% atau Rp800 miliar dibandingkan periode yang sama pada 2012 sebesar Rp2,4 triliun.
Mayoritas pembiayaan yang disalurkan oleh perseroan masih kepada segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Porsinya mencapai Rp2 triliun atau 60% dari keseluruhan pembiayaan.
Porsi penyaluran pembiayaan berikutnya adalah sektor komersial yang mencapai Rp1 triliun atau 30% dari total pembiayaan. Sedangkan sisanya sebesar 10% merupakan pembiayaan konsumer dan lainnya.
"Rasio pembiayaan bermasalah [Non Performing Finance/NPF) kami masih di bawah 5% hingga Desember 2013," paparnya.
Sementara itu, pada tahun ini Riyanto memperkirakan pertumbuhan bisnis perseroan mencapai 20%-30% dibandingkan periode 2013.
Target pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan perbankan syariah pada 2013 sebesar 30%-40%. Hal itu diakibatkan oleh tekanan biaya dana dan menghadapi Pemilu 2014.
"Pemilu akan sedikit berpengaruh pada ekonomi Indonesia sehingga pertumbuhan perbankan syariah akan sedikit menurun. Kami juga menargetkan pembiayaan akan tumbuh 30% dari 2013," jelasnya.