Bisnis.com, JAKARTA—Meski menilai penempatan pada instrumen surat berharga masih cukup menarik, kalangan perbankan mengaku tetap akan berhati-hati.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Achmad Baiquni mengatakan instrumen surat berharga masih cukup menarik bagi bank. Dia menegaskan sejauh ini tidak ada penurunan penempatan di surat berharga oleh BRI. Namun, dia menyebutkan pembelian surat berharga disesuaikan dengan kebutuhan likuiditas dan risk appetite.
“Pada Juli terjadi penurunan karena timing saja. Banyak customer yang me-release surat berharga tidak pada posisi building portofolio karena beberapa isu termasuk Pemilu,” katanya saat dihubungi, Rabu (24/9/2014).
Menurut data Bank Indonesia kinerja pasar surat berharga negara (SBN) mengalami penurunan akibat faktor sentimen dari luar dan dalam negeri. Faktor sentimen dari luar negeri muncul lantaran ketegangan di Ukraina sehingga mendorong perilaku risk off investor. Adapun dari dalam negeri, investor menunjukkan aksi wait and see terhadap susunan kabinet baru pasca pengumuman keputusan final pemenang Pilpres.
Selama Agustus 2014, yield SBN meningkat 12,30 basis points (bps) menjadi 8,08% dibandingkan Juli 2014 yang tercatat 7,95%. Menurut BI peningkatan yield terjadi di seluruh tenor. Yield jangka pendek, menengah, dan panjang masing-masing meningkat dari 16,45 bps, 12,83 bps dan 5,70 bps menjadi 7,55%, 8,10% dan 8,74%.
Bank Indonesia menyebutkan pelemahan harga SBN dimanfaatkan oleh pelaku nonresiden untuk menambah kepemilikan di pasar SBN. Selama Agustus 2014, investor nonresiden tercatat menambah exposure mereka pada pasar SBN dengan membeli pada seluruh tenor SBN.
Investor nonresiden membukukan net beli sebesar Rp15,95 triliun, lebih tinggi dibandingkan net beli pada Juli 2014 yang tercatat Rp14,67 triliun. Porsi kepemilikan asing pada SBN pun meningkat menjadi 35,85% dibandingkan posisi Juli 2014 yang hanya 35,17%. Kepemilikan SBN oleh dana pensiun, investor nonresiden, asuransi dan bank pada Agustus juga meningkat jika dibandingkan dengan posisi Juli 2014, sedangkan kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia justru menurun.