Bisnis.com, JAKARTA - PT Pos Indonesia menargetkan pendapatan dari perangko pada 2015 sebesar Rp 32 miliar. Target ini naik dari jumlah pendapatan perangko pada 2014 sebesar Rp30 miliar.
Pendapatan PT Pos Indonesia dari prangko mengalami kenaikan dalam dua tahun belakangan. Manajer Filateli PT Pos Indonesia Tata Sugiarta menuturkan pendapatan dari perangko sebesar Rp27miliar pada 2013 dan Rp24miliar pada 2012. “Kenaikan baru terjadi dua tahun terakhir. Setelah rutin sosialisasi,” tuturnya, pekan ini.
Tata mengatakan belakangan sosialisasi terus dilakukan untuk kembali menghidupkan kejayaan perangko. Keberadaan perangko secara bisnis tidak lagi menguntungkan bagi PT Pos Indonesia.
Meredupnya kejayaan perangko terlihat dari pendapatan dari penjualan prangko yang hanya menyumbang 1% dari keseluruhan pendapatan PT Pos Indonesia. Tata merinci pendapatan dari perangko pada 2014 sebesar Rp30miliar dari keseluruhan pendapatan sebesar Rp3 triliun.
Konsumsi perangko hanya menyedot maksimal 60% dari volume perangko yang dicetak. Sementara itu, sisanya dibagikan secara gratis untuk sosialisasi.
Pengguna perangko didominasi Jakarta menjadi urutan pertama, diikuti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Medan, dan Makasar.
Keberadaan Filatelis dan instansi banyak menunjang pada penjualan perangko. Sisanya dari sosialisasi ke sekolah dan penggunaan perangko untuk sosialisasi jelang Pilkada di beberapa daerah.
"Sosialisasi Pilkada menggunakan kartu pos dan perangko baru terjadi sekarang ini. Selembar kartu pos bertuliskan visi misi calon kemudian dikirimkan menggunakan perangko kepada sasaran pemilih," terangnya.
Setiap tahun PT Pos Indonesia mencetak 15 seri perangko dengan volume produksi 30.000-1 juta keping tiap serinya. Seri perangko dalam setiap produksi menyesuaikan hari besar nasional, agenda besar saat itu, hingga Perangko Identitas Milik Anda (PRISMA).
Seperti Hari Pendidikan Nasional dicetak 30.000 keping tidak terlalu populer. Berbeda, penjualan perangko PRISMA laku keras ketika edisi AFI Indosiar.