Bisnis.com, PADANG--Bank Nagari berencana melelang 330 unit penjaminan kredit untuk menekan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perseroan yang meningkat menjadi 2,97% per Juni tahun ini.
Direktur Pemasaran Bank Nagari Indra Wediana mengakui ada tren kenaikan NPL menyusul rendahnya pertumbuhan ekonomi akibat gagal bayar debitur yang sebagian besar dari UMKM sektor perdagangan.
"Untuk menekan NPL, tidak ada pilihan lain, kami harus lelang jaminan," katanya, kepada Bisnis.com, Senin (6/7/2015).
Menurutnya, dari jumlah jaminan tersebut nilai kredit bermasalah yang ditanggung bank mencapai Rp100 miliar. Dia menargetkan setidaknya mampu melego 25% dari penjaminan untuk mengerem laju NPL tahun ini.
Umumnya, kata Indra, penjaminan debitur berupa tanah dan bangunan. Dalam lelang itu diharapkan mampu menutupi kredit bermasalah yang tahun lalu mencapai angka 3,41%, atau di bawah angka tersebut.
Adapun, masih sulitnya kondisi ekonomi secara global membuat bank milik pemda Sumbar itu merevisi sejumlah target pertumbuhan, baik aset, kredit, maupun dana pihak ketiga (DPK) diturunkan ke level pertumbuhan 11%.
Padahal sebelumnya dalam rencana bisnis bank (RBB) yang diajukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Nagari mematok target pertumbuhan laba 13% atau sekitar Rp312 miliar.
Sedangkan kredit ditargetkan tumbuh 11,55% dari Rp13,5 triliun tahun lalu menjadi Rp15,1 triliun, DPK dipatok tumbuh 12,29% dari Rp13,7 triliun menjadi Rp15,3 triliun, dan aset tumbuh 12% menjadi Rp20 triliun.
"Saat kondisi ekonomi seperti ini, tidak mungkin memaksa ekspansi. Kami fokuskan untuk menahan NPL agar tidak naik lagi," ujarnya.
Dia mengatakan pada awal tahun perseroan menargetkan NPL tidak lebih dari 2% untuk memaksimalkan pendapatan. Apalagi, manajemen memprioritaskan sektor mikro dan ritel yang memiliki margin bunga lebih tinggi.
Namun, pada kuartal pertama tahun ini NPL Bank Nagari justru meningkat menjadi 2,51% dan naik lagi pada kuartal kedua menjadi 2,97%.
Meski masih jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan regulator yakni 5%, Indra meyakini strategi menahan rasio kredit macet akan mengoptimalkan kinerja di tengah situasi ekonomi yang sulit.
Sementara itu, Bank Nagari masih memprioritaskan pembiayaan ke sektor UMKM dengan porsi hingga 94% dari total penyaluran kredit bank tersebut. Penyaluran pembiayaan itu terutama ke sektor perdaganga, pertanian, perkebunan, perikanan, hingga restoran.