Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) masih optimistis pertumbuhan kredit industri perbankan dapat mencapai sebesar 14% hingga akhir tahun ini.
Ketua umum Perbanas Sigit Pramono mengatakan banyaknya prediksi pertumbuhan ekonomi 2015 yang melambat membuat industri perbankan turut menghitung ulang target pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini.
"Kredit bank itu kan tergantung permintaan para pelaku usaha. Maka jelas, jika pertumbuhan ekonomi lesu, permintaan kredit bank juga turun. Bank harus realistis dan menurunkan target kredit," ujarnya di Jakarta, Kamis (3/9/2015).
Dia menuturkan perhitungan kasar dalam memperkirakan pertumbuhan kredit industri perbankan ini yakni dari capaian ekonomi.
Selama ini pertumbuhan kredit bank akan sangat dipengaruhi permintaannya dari konsumen.
Oleh karena itu, apabila proyeksi pertumbuhan ekonomi yang juga turun maka industri perbankan bank juga harus realistis dengan turut menurunkan target pertumbuhan kreditnya
"Saya pakai rule of thumb. Misalnya pertumbuhan ekonomi 5%, maka pertumbuhan kredit bisa 3-4 kali, di level 15%-20%. Maka kalau pertumbuhan ekonomi turun 4,8-4,9% ya pertumbuhan turun sekitar 14-19%. Biasanya sampai akhir tahun bisa meningkat, tapi kita tidak bisa terlalu optimistis, mungkin 14% bisa," tuturnya.
Kondisi tahun ini, lanjutnya, berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana permintan kredit hingga akhir tahun ini tidak sebanyak dari tahun sebelumnya.
"Tahun ini memang turun dibandingkan tahun lalu. Paruh kedua dibanding semester I/2015 bisa lebih baik. Tapi tidak bisa terlalu optimistis kalau kredit bisa seperti tahun lalu, kalau 14% kita masih bisa berharap," ucap mantan Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk.
Untuk bisa mencapai pertumbuhan kredit sebesar 14% tersebut harus ada dorongan melalui kebijakan fiskal untuk mempercepat penyerapan anggaran pemerintah.
Pasalnya, penyerapan anggaran pemerintah ini memiliki efek domino yang bisa menggerakkan ekonomi nasional.
"Sampai Juni kan penyerapan pemerintah masih sekitar 24% ya, jadi saya kira harus terus direalisasikan. Kalau pilar lain, seperti sektor konsumsi, investasi, dan ekspor impor sudah tidak bisa diharapkan sampai akhir tahun nanti," terang Sigit.