Bisnis.com, DENPASAR - Tingkat literasi masyarakat Bali jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inklusi keuangan.
OJK Regional Bali Nusra mencatat survei 2013 menunjukkan tingkat literasi hanya 19,5% jauh di bawah level nasional 21,84%, sedangkan tingkat inklusi masyarakatnya justru mencapai 71,3% melebihi tingkat nasional yang hanya 59,74%.
Direktur Pengawas Lembaga Jasa Keuangan OJK Regional Bali Nasirwan Ilyas memaparkan fenomena itu dipicu oleh keberadaan lembaga perkreditan desa (LPD) yang beroperasi di desa adat di seluruh Pulau Dewata.
"Jadi masyarakat Bali sudah membeli produk keuangan melalui LPD sehingga ini mendorong tingkat inklusi keuangan di sini tinggi, meskipun angka melek produk keuangan justru rendah," tuturnya, Selasa (11/10/2016).
Penegasan itu diperkuat dari tingginya inklusi ditopang oleh sektor perbankan sebesar 68,3%, asuransi 19,5%, pegadaian 12,5%, pembiayaan 7,8%, dana pensiun 0,5%, dan pasar modal 0,3%.
Namun, tingkat literasi perbankan hanya 19,5%, asuransi 17,9%, pegadaian 16,8%, pembiayaan 9,8%, dana pensiun 10,3%, dan pasar modal 6%. Di Bali terdapat sekitar 1.443 LPD di 9 kabupaten kota.
Itu menunjukkan bahwa 68,3% masyarakat yang disurvei telah membeli produk keuangan bukan dari perbankan tetapi lembaga keuangan desa adat seperti LPD.
Nasirwan menyatakan tugas berat saat ini adalah mengerek tingkat melek produk perbankan atau literasi yang masih rendah. Kendati berat, pihaknya mengakui literasi di Bali akan lebih mudah dilakukan karena sudah banyak masyarakat mengetahui produk keuangan milik desa adat.
