Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas moneter dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 16-17 November 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate pada level 4,75%.
Langkah itu diambil sebagai wujud sikap kehati-hatian dalam mengantisipasi dan meredam gejolak eksternal akibat efek dari terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang kian memberikan ketidakpastian global.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan ruang pelonggaran semakin tipis yang mana sebelumnya dikatakan mengarah ke bias longgar. Namun secara umum, indikator ekonomi makro dalam negeri cenderung membaik.
"Ruang pelonggaran moneter itu semakin tipis jadi secara umum kalau bulan lalu kami katakan bias longgar sekarang untuk menjaga stabilitas sehingga harus waspada terhadap kondisi eksternal," katanya, di Jakarta, Jumat (18/11/2016).
Kebijakan ekonomi dengan fiskal ekspansif yang disampaikan Trump pada masa kampanye turut diantisipasi oleh BI. Keputusan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan juga melihat kemungkinan naiknya Fed Fund Rate pada Desember 2016.Â
Sebelumnya, Agus menuturkan rupiah yang sepanjang kuartal III/2016 berjalan stabil harus tergoncang setelah Trump terpilih sebagai Presiden AS.
Sejak awal November 2016 hingga 16 November 2016, nilai tukar rupiah terdepresiasi 2,53% menjadi Rp13.378 per dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pascapemilu AS.
Dia menilai melemahnya rupiah masih terbatas sementara mata uang negara emerging market mengalami tekanan yang lebih dalam. Secara year to date (ytd), nilai tukar rupiah masih menguat 2,97%.
"Depresiasi karena sentimen, kondisi yang sifatnya sementara sehingga kita ingin meyakini bahwa stabilitas indikator ekonomi dapat terus terjaga sehingga bentuk stabilisasi rupiah akan terus mencerminkan fundamental ekonomi," ucapnya.