Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) memperkirakan rasio pembiayaan bermasalah pada penghujung tahun ini bisa susut hingga di bawah 4%.
Direktur Eksekutif Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Beny Witjaksono menuturkan penurunan NPF pada September menunjukkan upaya perbankan menjaga kualitas pembiayaannya mulai membuahkan hasil.
Asosiasi yakin penurunan rasio pembiayaan bermasalah ini akan berlanjut sampai akhir tahun. "Insyaallah berlanjut karena mereka [bank] ingin ekspansi, jadi pekerjaan rumah soal NPF ini harus diberesi. Upaya memperbaikinya sudah sejak lama, sekarang ini adalah hasilnya," tuturnya kepada Bisnis, Selasa (6/12/2016).
Kini rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing / NPF) berhasil digiring ke level yang lebih rendah. Statistik Perbankan Syariah yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan per September tahun ini NPF susut ke kisaran 4,67%.
Persentase tersebut adalah NPF terendah sejak awal tahun ini, apalagi dibandingkan dengan NPF pada Mei. Kala itu, rasio pembiayaan bermasalah sempat menyentuh 6,17% atau yang tertinggi selama Januari hingga penghujung kuartal III/2016.
Kredit
Adapun terkait kinerja penyaluran pembiayaan, OJK mencatat adanya pertumbuhan lebih dari dua kali lipat per September 2016 secara tahunan. Kala itu pembiayaan mencapai Rp172 triliun, sedangkan bulan yang sama tahun lalu baru Rp56,97 triliun.
Pergeseran fokus pembiayaan akan dilakukan bank, misalnya BNI Syariah, agar tahun depan penyalurannya lebih baik. “2017 akan coba tingkatkan peran pembiayaan produktif daripada konsumer. Sekarang, perbandingannya 46 : 54, tahun depan produktif 47%,” tutur Imam.