Bisnis.com, JAKARTA - Harian Bisnis Indonesia malam ini menggelar malam penganugerahan, Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2017, sebagai bentuk apresiasi lembaga keuangan khususnya perbankan, asuransi dan multifinance yang memiliki kinerja tinggi.
Bisnis Indonesia Financial Award 2017 merupakan sebuah hasil metamorfosa dan revitalisasi dari agenda tahunan Bisnis Indonesia Banking Efficiency Award, Bisnis Indonesia Banking Award yang telah diselenggarakan sejak tahun 2007 serta dan Bisnis Indonesia Insurance Award yang mulai diselenggarakan pada tahun 2012.
Melalui perubahan ini, sejumlah parameter, sistem pengkategorian serta metode maupun proses seleksi untuk menetapkan perusahaan-perusahaan finansial penerima penghargaan, dilakukan perubahan sehingga menjadi lebih komprehensif dan fair.
”Pada tahun ini, kami membagi sejumlah kategori penerima penghargaan, yaitu The Best Performing Bank, The Most Efficient Bank, The Best Life Insurance Company, The Best General Insurance Company serta The Best Multifinance Company,” ," kata Hery Trianto, Pemimpin Redaksi Harian Bisnis Indonesia, Senin (28 Agustus 2017).
Proses penetapan perusahaan-perusahaan finansial penerima apresiasi Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2017, katanya, dilakukan melalui sidang dewan juri independen, yang memiliki pengalaman panjang dan berpengetahuan luas terkait dengan industri perbankan, asuransi dan multifinance.
Dewan juri yang dipilih, lanjutnya, merupakan sosok yang memiliki kapabilitas, integritas dan kredibilitas yang tinggi. Hal ini penting sebagai upaya menjaga nilai, esensi, dan kebanggaan terhadap penghargaan itu sendiri.
Para dewan juri tersebut meliputi, Wakil Ketua Umum Bidang Perbankan Kadin Indonesia Sigit Pramono, Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Hotbonar Sinaga, Penasihat Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia, Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Mas Achmad Daniri, dan Direktur Pemberitaan Bisnis Indonesia, Arief Budisusilo.
BIFA 2017 juga memberikan apresiasi kepada perusahaan penyedia layanan jasa pinjam meminjam langsung (peer to perr lending) berbasis teknologi atau financial technology (fintech).
PT Lunaria Annua Teknologi, tekfin dengan brand Koinworks, dianugerahi The Most Innovative Fintech of The Year.
Budi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan, dalam sambutannya mengatakan pengembangan industri jasa keuangan dengan berbasis teknologi menjadi keharusan.
"Ini menjadi tantangan industri keuangan ke depan," ujarnya di sela-sela penyelenggaraan BIFA 2017, Senin (28/8/2017).
Mulai beroperasi sejak Maret 2016, Koinworks mulai membuka layanan pendanaan untuk publik sejak Agustus tahun lalu. Perusahaan tekfin ini memberikan layanan tejangkau bagi seluruh lapisan masyarakat dengan nominal pendanaan mulai dari Rp100.000.
Perusahaan ini terutama mengalirkan pendanaan kepada pelaku usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM), khususnya yang memasarkan produknya secara online melalui marketplace.
Benedicto Haryono, Co-founder Koinworks, mengatakan hingga saat ini sudah ada sekitar 35.000 aplikasi yang masuk untuk mencari sumber pendanaan.
"Sekitar 35.000 sudah submit atau memanfaatkan layanan pinjaman dari kami," ujarnya.
Adapun, Koinworks memberikan jaminan kepada calon investor melalui dana proteksi yang dikumpulkan dari persentase keuntungan yang didapatkan perusahaan. Dana proteksi ini akan menggantikan sisa modal investasi pendana sesuai tingkat (grade) pinjaman yang dipilih.
Dengan begitu, modal investasi pendana tidak akan hilang sepenuhnya jika terjadi gagal bayar.
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. berhasil menggondol penghargaan sebagai BPD dengan performa paling baik di Indonesia Tampak hadir menerima penghargaan Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan.
Disisi kinerja, Bank BJB berhasil membukukan laba bersih(Bank only) sebesar Rp922,98 miliar pada semester I/2017 atau tumbuh 1,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni Rp905,07 miliar.
Perolehan ini tidak lepas dari peningkatan bunga bersih yang tumbuh 3,6% menjadi Rp2,84 triliun dari paruh pertama 2016 sebesar Rp2,74 triliun.
Kinerja positif laba bunga bersih juga ikut mengerek laba operasional perusahaan menjadi Rp1,21 triliun atau tumbuh 2,5% ketimbang semester I/2016 yang sebesar Rp1,18 triliun.
Sementara itu, realisasi penyaluran kredit juga mencetak pertumbuhan 7,5% menjadi Rp67,89 triliun per Juni 2017 dari posisi tutup buku 2016 yang sebesar Rp63,14 triliun.
Total, BPD terbesar di Indonesia ini berhasil mencatatkan pertumbuhan aset 6,2% menjadi Rp101,81 triliun, lebih baik dibandingkan akhir 2016 yang sebesar Rp95,82 triliun.
Direktur Utama PT Bank Dinar Tbk. Hendra Lie mengatakan, dengan menjadi bank buku I yang paling efisien dalam BIFA 2017 menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan untuk terus menjaga kinerjanya.
"Selain itu, penghargaan ini juga adalah buah hasil kerja keras seluruh karyawan di Bank Dinar," ujarnya kepada Bisnis pada Senin (28/8).
Hendra berharap kinerja perseroan terus positif ke depannya.
Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo mengatakan, terpilihnya BRI sebagai bank paling efisien untuk kategori bank BUKU IV bisa dilihat dari sisi kinerja.
"Dari penggunaan modal saja, kami cukup efisien dan efektif, tidak terlalu boros," ujarnya kepada Bisnis pada Senin (28/8).
Haru mengatakan, dari sisi beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), perseroan juga cukup rendah.
"Padahal, kami kan punya jaringan yang cukup luas di seluruh Indonesia. Ini juga menjadi salah satu poin efisien " ujarnya.
Selain itu, dia mengatakan dalam pengelolaan NPL juga membuat alokasi pencadangan tidak boros.
"Ini menjadi poin ketiga dalam kami menjaga efisiensi," ujarnya.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni dinobatkan sebagai CEO terbaik di industri perbankan dalam Bisnis Indonesia Financial Award 2017.
Setelah lima tahun memisahkan diri dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., akhirnya Achmad Baiquni kembali ke sisi emiten bersandi saham BBNI ini. Tepat pada 17 Maret 2015, RUPS mengangkatnya sebagai direktur utama.
Pada 2003 sampai 2006, pria yang akrab disapa Baiquni itu menjabat direktur konsumer BNI. Setelah itu menjadi direktur korporasi pada 2006 - 2008. Barulah pada 2010 - 2015 dirinya hijrah ke Bank Rakyat Indonesia.
Sejak di bangku kuliah Baiquni sudah berkecimpung di sektor ekonomi. Dia memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Universitas Padjajaran pada 1982. Pascasarjana Business Management didapat dari Asian Institute of Management, Makati, Filipina pada 1992.
Kepemimpinan Baiquni mampu membawa BNI mengukir pertumbuhan laba bersih 46,7% secara year on year per Juni tahun ini menjadi Rp6,41 triliun. Perolehan ini ditopang pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 15,4% (yoy).
Baiquni mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit diproyeksikan dapat dijaga di level 15%-17% sepanjang tahun ini. Sedangkan untuk dana pihak ketiga diproyeksikan tumbih lebih tinggi dibandingkan kredit yakni di level 17%-18%.
“Strategi untuk meningkatkan DPK sudah kami lakukan sejak tahun-tahun sebelumnya, antara lain menambah agen bank dan pengembangan digitalisasi perbankan untuk memberikan kemudahan kepada nasabah,” tutur dia.
Pria berkulit sawo matang yang kerap tampil dengan rambut belah pinggir tersebut optimistis dirinya dan jajaran manajemen mampu membawa BNI mengukir kinerja yang lebih baik ketimbang 2016.
Pria kelahiran Surabaya pada 1957 itu juga pernah mengikuti Retail Banking Conference (LAFERTY) di Singapura, Asian Bankers Surveyor Program Bank of New York di New York, dan SESPIBANK IBI di Jakarta. Mewakili BRI dalam berbagai roadshow maupun conference di London, New York dan Singapura.
Untuk kategori The Best CEO in Insurance Industry, BIFA 2017 memberikan penghargaan kepada Jens Reisch.
Saat ini Jens menjabat sebagai Presiden Direktur PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia). Dia memimpin perusahaan asuransi jiwa dengan nilai aset terbesar di Indonesia itu sejak Mei 2016.
Bagi Jens, industri asuransi jiwa nasional bukan menjadi hal baru. Sejak Agustus 2003, ia telah memulai karirnya di Indonesia dengan menjabat sebagai CEO Allianz Indonesia. Posisi itu dijabatnya tepat tujuh tahun atau hingga Agustus 2010.
Setelah itu, dia dipercaya untuk menjadi CEO Allianz Malaysia selama hampir empat tahun, yakni pada Agustus 2010 – July 2014.
Jens akhirnya kembali ke Indonesia dengan menjabat sebagai Vice President Director PT FWD Life Indonesia sejak 2015, hingga akhirnya bergabung dengan Prudential Indonesia.
Roni Haslim, Presiden Direktur PT BCA Finance, meraih penghargaan kategori The Best CEO in Multifinance Industry pada Bisnis Indonesia Financial Award (BIFA) 2017, Senin (28/8/2017).
Roni Haslim mengawali karir di BCA Finance sebagai General Manager Pemasaran pada tahun 2000. Pada 2004, ia dipercaya untuk mengemban jabatan sebagai Direktur perseroan.
Berkat kerja kerasnya, perusahaan pun mempercayakan pria kelahiran Medan 1962 itu untuk menempati posisi pucuk kepemiminan sebagai Presiden Direktur BCA Finance sejak 2008.
Dibawah kepemimpinannya, Roni mampu membawa nama BCA Finance sebagai perusahaan pembiayaan besar di Indonesia yang fokus menyalurkan pembiayaan di segmen kendaraan roda empat.
Berbagai terobosan yang dilakukannya dinilai efektif dalam mendorong kinerja perusahaan. Salah satu terobosan yang dilakukannya antara lain ialah menawarkan program bunga murah untuk pembiayaan kendaraan bermotor.
Meski berbagai program promosi dilancarkan untuk menarik minat konsumen, tetapi Roni berkeras untuk tetap menjaga kualitas dan aset pembiayaan dengan menerapkan asas kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan kepada konsumen.
Kesukesannya memimpin BCA Finance inilah yang mengantarkan Roni untuk meraih penghargaan kategori Best CEO in Multifinance Industry pada ajang BIFA 2017.
Sebagai informasi, ajang penghargaan ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi lembaga keuangan khususnya perbankan, asuransi dan multifinance yang memiliki kinerja tinggi.
Selain itu, BIFA 2017 juga memberikan apresiasi kepada pemimpin perusahaan terbaik di setiap sektor jasa keuangan.
"Kami juga memberikan penghargaan kepada CEO terbaik di masing-masing industri keuangan," ujar Soebronto Laras, Pemimpin Perusahaan PT Juranalindo Aksara Grafika, ketika membuka penyelenggaraan BIFA 2017.
PT Bank BCA Syariah memenangkan penghargaan sebagai the best performing bank Bisnis Indonesia Financial Award 2017.
Aset perseroan sepanjang enam bulan pertama tahun ini mencapai Rp5,43 triliun, naik 25,02% secara year on year dibandingkan Juni 2016.
Peningkatan tersebut didorong sejumlah faktor, antara lain naiknya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 31,79% menjadi Rp4,24 triliun dari posisi Rp3,22 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, juga ditopang pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 21,09% menjadi Rp3,88 triliun pada akhir Juni 2017.
PT Bank Maluku Malut dinobatkan menjadi BPD paling efisien di Tanah Air dalam Bisnis Indonesia Finance Awards 2017 yang diselenggarakan di Jakarta pada Senin (28/8/2017).
Bank Jong Ambon ini berhasil mengungguli 4 BPD lainnya yang masuk nominasi, diantaranya Bank Jatim, Bank DIY, Bank Kalbar, dan Bank Sulteng.
Namun, dalam ceremony penyerahan penghargaan, tidak nampak perwakilan Bank Maluku Malut yanh hadir.
Disisi kinerja, Bank Maluku Malut pada paruh pertama 2017 berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp84,72 miliar.
Capaian tersebut meningkat 8,43% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni Rp78,13 miliar. Laba bersih ini disokong oleh peningkatan bunga bersih yang tumbuh 8,2% menjadi Rp260,42 miliar ketimbang tahun lalu yaitu Rp240,47 miliar.
Kinerja positif juga dicatatkan pada sisi laba operasional yang tumbuh 8,4% menjadi Rp 113,59 miliar dibandingkan dengan periode tahun lalu Rp104,71 miliar. Perseroan juga berhasil meningkatkan realisasi penyaluran kredit senilai Rp3,58 triliun, naik 6,8% dari posisi akhir Desember 2017 yakni Rp3,35 triliun.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terjaga dilevel 1,95%, lebih baik dari paruh pertama 2016 yaitu, 2,21%. Total, sampai dengan semester I/2017 aset perusahaan meningkat menjadi Rp6,92 triliun, naik 23,22% dari Rp5,64 triliun pada Desember 2016.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Mendapatkan penghargaan sebagai bank BUKU IV yang best performed.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni hadir penghargaan BIFA award 2017.
Dari sisi kinerja, Bank Negara Indonesia (BNi) sampai paruh pertama tahun ini mencatatkan pertumbuhan aset bank only sebesar 17,2% menjadi Rp631,74 triliun dibandingan dengan peroode sama pada tahun lalu, sedangkan dari laba bersih naik sebesar 46,7% menjadi Rp6,41 triliun.
Untuk rasio kinerja perseroan, dari segi BOPO berada pada level 71%, sedangan untuk Nim berada pada kisaran 5,6%.
Nominasi best peformed umtuk bank buku IV antara lain, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
PT BFI Finance Indonesia Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak pada pembiayaan kendaraan bermotor, alat-alat berat, truk dan mesin-mesin, rumah dan ruko, serta pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa. Fokus utama pembiayaan BFI Finance adalah sektor kendaraan roda empat bekas.
Awalnya BFI didirikan pada 1982 dengan nama PT Manufacturer Hanover Leasing Indonesia, sebuah perusahaan patungan antara Manufacturer Hanover Leasing Corporation dari Amerika Serikat dengan pemegang saham lokal. Perusahaan kemudian secara resmi berganti nama menjadi PT BFI Finance Indonesia Tbk pada 2001. Saat ini saham BFI sebesar 42,8% dimiliki oleh konsorsium Trinugraha Capital SA, antara lain terdiri dari TPG dan Northstar Group. Sisanya dimiliki oleh pemegang saham institusi lokal dan internasional, serta pemegang saham publik.
Berada di bawah komando Francis Lay Sioe Ho yang menjabat sebagai presiden direktur, perseroan mampu mencatatkan pertumbuhan total aset sebesar 5,99%. Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2016, total aset yang dicatatkan BFI Finance adalah senilai Rp12,476 triliun atau tumbuh sebesar 5,99% bila dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp11,770 triliun.
Pendapatan yang dibukukan perseroan pada 2016 juga mengalami peningkatan sebesar 14,02% atau menjadi Rp3,277 triliun. Pada 2015 perseroan membukukan total pendapatan senilai Rp2,830 triliun. Sementara laba tahun berjalan perseroan pada 2016 naik menjadi Rp798,3 miliar dari sebelumnya pada 2015 senilai Rp650,2 miliar.
Sementara itu, per Desember 2016, perseroan telah memiliki 209 kantor cabang dan 96 gerai yang tersebar di 33 dari 34 provinsi di Indonesia.
PT. Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap) menjadi The Most Performing Bank dari Kategori Bank BUKU 2.
Penghargaan diterima oleh Erlinda Rusda, Distribution Head Bank Mantap.
Bank Mantap mencetak laba yang cukup signifikan sepanjang semester I/2017, yakni sebesar 177,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp67,52 miliar.
Total penyaluran kredit dan piutang Bank Mantap per Juni 2017 naik 52,9% menjadi Rp7,54 triliun.
Total aset Bank Mantap per semester I/2017 mencapai Rp9,79%, naik 32,56% dari level Rp7,39 triliun pada semester I/2016.
PT Bank Royal Indonesia menjadi bank BUKU I yang memiliki peforma terbaik dalam BIFA Award 2017.
Kalau melihat kinerja Bank Royal sampai Juni 2017, perseroan mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 6,09% menjadi Rp804,13 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Dari sisi laba bersih, perseroan mencatatkan kenaikan sebesar 277,94% menjadi Rp1,54 miliar.
Pada nominasi ini, terdapat dua bank yakni, Bank Royal dan PT Bank Dinar Tbk.
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk memenangkan penghargaan sebagai bank paling efisien dalam Bisnis Indonesia Financial Award 2017.
Pada semester I/2017 kemarin, bank berkode emiten PNBS itu mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 31,94% menjadi Rp7,84 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) perseroan mencatatkan kenaikan sebesar 26,06% menjadi Rp8,21 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Secara aset keseluruhan, perseroan mengalami kenaikan sebesar 25,75% menjadi Rp9,77 triliun.
Dari sisi laba bersih, perseroan mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 83,52% menjadi Rp15 miliar dibandingkan periode sama pada tahun lalu yang masih senilai Rp8,17 miliar.
PT. Bank Jasa Jakarta menjadi The Most Efficient Bank dari Kategori Bank BUKU 2.
Penghargaan diterima oleh Suroso, Direktur Kepatuhan Bank Jasa Jakarta.
Bank Jasa Jakarta membukukan penyaluran kredit per Juni 2017 sebesar Rp3,34 triliun, dengan laba sebesar Rp48,8 miliar dengan total aset sebesar Rp5,47 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp4,15 triliun.
Penghargaan kategori Asuransi Umum BIFA 2017 diberikan kepada
1. PT Asuransi Central Asia atau ACA, perusahaan asuransi umum dapat mencatatkan laba setelah pajak yang signifikan sebesar 185,31%.
Merujuk pada laporan keuangan perusahaan tahun 2016, perusahaan yang dipimpin oleh Teddy Hailamsah selaku Presiden Direktur ACA, telah mencatatkan laba setelah pajak tercatat naik dari Rp 184,20 miliar menjadi Rp 525,55 miliar pada 2016. Surplus underwriting juga mencatatkan kenaikan, dari Rp 490,80 miliar menjadi Rp 533,80 miliar di tahun 2016.
Adapun untuk jumlah pendapatan premi bruto ACA sepanjang 2016 mencapai Rp 2,96 triliun,atau turun tipis sebesar 0,46% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,98 triliun. Kontribusi premi perusahaan, terbesar berasal dari lini Asuransi Properti yang mencapai 39% atau senilai Rp1,15 triliun.
Kedua Asuransi Kendaraan Motor Bermotor sebesar 35% senilai Rp1,04 triliun, sedangkan urutan ketiga lini asuransi anek sebesar 19% dengan nilai Rp559,85 miliar, dan sisanya adalah lini kontruksi engineering, Pengangkutan Marine Cargo, dan Rangka Kapal.
Sejak 2014 Asuransi Properti adalah penyumbang premi terbesar ACA setiap tahunnya. Pada laporan tahun 2015 perolehan premi Asuransi Properti mengalami kenaikan cukup menggembirakan yaitu 15,84%. Tahun 2016 lini usaha ini mengalami sedikit kenaikan perolehan premi 4,99%, yaitu Rp 1,15 triliun dari sebelumnya 2015 sebesar Rp 1,10 triliun.
Secara keseluruhan, neraca keuangan Perusahaan 2016 bisa dikatakan sehat. Hingga Desember 2016 permodalan yang dimiliki ACA mencapai Rp4,38 triliun dengan Rasio Pencapaian Solvabilitas sebesar 204,15%. Ini berarti jika seluruh nasabah ACA mengajukan klaim secara bersamaan, Perusahaan dapat memenuhinya dan masih memiliki cadangan sebesar 104,15% untuk melanjutkan bisnisnya. Nilai tersebut juga jauh di atas ketentuan pemerintah yang hanya 120%.
2.PT Meritz Korindo Insurance
Perusahaan mencatatkan lonjakan pertumbuhan laba setelah pajak sepanjang 2016.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 31 Desember 2016, perusahaan asuransi umum ini membukukan laba setelah pajak senilai Rp17,22 miliar. Realisasi laba bersih perusahaan, yang 51,00% sahamnya dimiliki Meritz Fire & Marine Insurance Co. Ltd, 47,75% oleh PT Bumi Indawa Niaga dan 1,25% oleh PT Pelayaran Korindo, itu bertumbuh sebesar 41,70% (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan signifikan itu ditopang dengan peningkatan hasil underwriting perusahaan yang melonjak hingg 51,81% (yoy) menjadi Rp31,65 miliar. Di sisi lain, hasil investasi perusahaan yang dipimpin Kang Hyung Koo, selaku Direktur Utama PT Meritz Korindo Insurance, ini bertumbuh 4,25% menjadi Rp6,73 miliar.
Pada periode tersebut, sedangkan beban underwriting perusahaan memang mengalami penurunan signifikan, yakni 75,17% (yoy) menjadi Rp1,95 miliar, seiring penurunan klaim bruto sebesar 57,82% (yoy) menjadi Rp15,51 miliar.
Pada saat yang sama, premi bruto perseroan tercatat senilai Rp125,12 miliar atau bertumbuh 16,25% (yoy) dan pendapatan underwriting meningkat 17,03% (yoy) menjadi Rp33,61 miliar.
Jumlah aset Meritz Korindo Insurance pada akhir 2016 tercatat senilai Rp252,11 miliar atau tumbuh 33,17% (yoy), dengan jumlah investasi mencapai Rp140,71 miliar atau tumbuh 39,37% (yoy).
3.PT Asuransi MSIG Indonesia
Asuransi MSIG Indonesa merupakan perusahaan asuransi patungan bagian dari perusahaan asuransi global, MS&AD Insurance Group. Pendirian perusahaan berawal dari pendirian PT Asuransi Insindo Taisho pada 22 Oktober 1975 sebagai perusahaan patungan antara perusahaan asuransi Jepang, Tashio Marine and Fire Insurance Co,.Ltd. dan PT Maskapai Asuransi Indonesia dengan masing-masing kepemilikan saham 70% dan 30%.
Setelah melalui beberapa kali penggantian nama dan sempat berganti nama menjadi PT. Asuransi Mitsui Sumitomo Indonesia, barulah secara resmi pada 2008 perusahaan berubah nama menjadi PT. Asuransi MSIG Indonesia. Pada 30 September 2008, 80% saham perusahaan Mitsui Sumitomo Insurance Co, Ltd, Jepang beralih ke MSIG Holdings (Asia) Pte, Ltd., Singapura. Pada 2010, PT. Asuransi MSIG Indonesia melakukan integrasi dengan PT. Asuransi Aioi Indonesia melalui transfer portofolio bisnis dari PT. Asuransi Aioi Indonesia ke PT. Asuransi MSIG Indonesia.
MSIG Indonesia bergerak di bidang asuransi umum yang menyasar sektor asuransi pengangkutan barang, kendaraan bermotor, harta benda, tanggung gugat, rekayasa, dan asuransi kecelakaan diri. Saat ini, pucuk kepemimpinan di MSIG Indonesia dijabat oleh Katsuhiro Haraguchi sebagai presiden direktur.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Menjadi yang paling efisien untuk kelompok bank buku IV.
Direktur BRI Haru Koesmahargyo mewakili mengambil penghargaan BIFA 2017.
Dari sisi kinerja sampai Juni 2017, Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatatkan pertumbuhan aset bank only sebesar 12,7% menjadi Rpp983,51 triliun dibandingkan dengan peroide sama pada tahun lalu. Dari segi laba bersih bank only BRI mencatatkan pertumbuhan sebesar 9% menjadi Rp13,13 triliun.
Untuk rasio kinerja dari sisi beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), perseroan berada pada kisaran 72,55%.
Nominasi paling efisien untuk bank buku IV antara lain, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Bank Dinar meraih penghargaan sebagai bank paling efisien 2017
Penghargaan diterima langsung oleh Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie.
Bank Dinar, sampai Juni 2017 mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 9,76% menjadi Rp2,26 triliun. Dari segi laba bersih, bank berkode emiten DNAR itu mencatatkan kenaikan sebesar 28,99% menjadi Rp6,84 miliar.
Dari bank BUKU I untuk bank paling efisien ada empat nominasi yakni, Bank Dinar, Bank Royal, PT Bank Harda Internasional Tbk., dan PT Prima Master Bank.
Untuk sektor asuransi jiwa, BIFA 2017 menganugerahkan penghargaan untuk tiga perusahaan yang masing-masing dikelompokkan berdasarkan nilai aset, yakni kecil (di bawah Rp8 triliun, menengah (Rp8 triliun - Rp25 triliun) dan besar (di atas Rp25 triliun).
Pada kategori aset kecil, The Best Insurance Company BIFA 2017 diberikan kepada PT Asuransi Jiwa Mega Indonesia.
Perusahaan asuransi jiwa yang berdiri di bawah naungan Mega Corpora, grup jasa keuangan milik konglomerat Chairul Tanjung, berdasarkan laporan keuangan audited per 31 Desember 2016 memiliki total aset senilai Rp333,18 miliar atau bertumbuh 56,34% (year-on-year/yoy) dengan tingkat solvabilitas atau risk based capital (RBC) perusahaan mencapai 2.141%.
Pendapaan premi dan laba bersih perusahaan masing-masing tercatat senilai Rp353,27 miliar dan Rp73,77 miliar atau meningkat sebesar 83,72% dan 97,30% (yoy).
The Best Insurance Company BIFA 2017 untuk kategori aset menengah diberikan kepada PT Avrist Assurance. Sepanjang 2016, perusahaan asuransi jiwa ini membukukan jumlah pendapatan sebesar Rp2,34 triliun. Secara terperinci, pendapatan perusahaan ditopang oleh pendapatan premi yang mencapai Rp1,27 triliun.
Di sisi lain, hasil investasi perusahaan mencapai Rp830,62 miliar, sedangkan pendapatan lain sebesar Rpp233,86 miliar, serta Rp6,65 miliar dari imbalan jasa DPLK/jasa manajemen lainnya.
Adapun, total laba komprehensif PT Avrist Assurance pada 2016 mencapai Rp416,35 miliar. Realisasi itu tumbuh signifikan jika dibandingkan capaian pada 2015 yaitu Rp23,8 miliar.
Sementara itu, untuk kategori aset besar, The Best Insurance Company BIFA 2017 dianugerahkan kepada PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia). Perusahaan asuransi jiwa ini membukukan pendapatan premi senilai Rp26,5 triliun pada 2016.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 31 Desember 2016, Prudential Indonesia membukukan laba setelah pajak sebesar Rp5,78 triliun atau naik sebesar 6,25% (yoy). Pada periode itu, aset perseroan pun telah menapai Rp 64,2 triliun atau meningkat 14,8% (yoy).
Sebagai informasi, BIFA 2017 merupakan sebuah hasil metamorfosa dan revitalisasi dari agenda tahunan Bisnis Indonesia Banking Efficiency Award, Bisnis Indonesia Banking Award yang telah diselenggarakan sejak 2007 serta Bisnis Indonesia Insurance Award yang mulai diselenggarakan pada 2012.
Melalui perubahan ini, sejumlah parameter, sistem pengkategorian serta metode maupun proses seleksi untuk menetapkan perusahaan-perusahaan finansial penerima penghargaan, dilakukan perubahan sehingga menjadi lebih komprehensif dan fair.
"Pada tahun ini, kami membagi sejumlah kategori penerima penghargaan, yaitu The Best Performing Bank, The Most Efficient Bank, The Best Life Insurance Company, The Best General Insurance Company serta The Best Multifinance Company," kata Hery Trianto, Pemimpin Redaksi Harian Bisnis Indonesia, Senin (28/8/2017).
Penghargaan pertama diberikan kepada PT Danasupra Erapacific Tbk dengan aset di bawah 2,5 triliun
Sepanjang 2016, perusahaan mencatatkan pendapatan Rp12,27 miliar atau tumbuh 212% jika dibandingkan capaian pada 2015 yaitu Rp3,93 miliar. Rincian pendapatan pokok perseroan ialah dari pendapatan lain-lain sebesar Rp8,59 miliar. Kemudian, pembiayaan anjak piutang yang mencapai Rp2,9 miliar, dan pembiayaan konsumen yaitu Rp782,29 juta.
Pendapatan yang cemerlang membuat Danasupra Erapacific membukukan pertumbuhan laba yang gemilang. Pada 2016, perusahaan pembiayaan dengan kode emiten DEFI itu membukukan perolehan laba Rp8,84 miliar atau tumbuh 1.325% jika dibandingkan capaian pada 2015 yang baru mencapai Rp622,32 juta.
Kendati demikian, jumlah beban perseroan pada 2016 mencatatkan kenaikan sebesar 5,79%. Peningkatan itu terjadi seiring dengan ekspansi bisnis yang dilakukan perusahaan.
Sejalan dengan pengembangan bisnis yang dilakukan, jumlah aset perusahaan pun mencatatkan peningkatan. Hingga akhir 2016, jumlah aset perseroan tercatat mencapai Rp61,01 miliar atau naik 17,28% secara year on year (yoy).
Sebagai perusahaan pembiayaan yang telah beroperasi sejak 1995, Danasupraa Erapacific menawarkan 2 jenis usaha pembiayaan yaitu pembiayaan anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan pembiayaan sewa guna usaha.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Budi Armanto berpesan kepada para pemenang penghargaan Bisnis Indonesia Financial Awards 2017 untuk terus meningkatkan kinerjanya dan ikut ambil bagian dalam memajukan industri jasa keuangan di Indonesia.
Budi hadir di BIFA 2017 dalam kapasitasnya mewakili Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso yang berhalangan hadir.
Budi Armanto, mengatakan dengan pertumbuhan ekonomi 5,01% kita patut bersyukur juli 2017 stabilitas sistem keuangam masih normal. Profil risiko secara umum masih dalam kondisi terjaga.
Beberapa risiko seperti kredit, pasar, dan likuiditas masih terkelola dengan baik. Ini tidak terlepas dari pemerintah dan pihak2 terkait.
Kondisi industri jasa keuangan juga memadai, CAR pada perbankan dan RBC pada asuransi dalam tren kenaikan dan di atas tresshold regulator.
Kalau bank sendiri, CAR Indonesia yang paling tinggi di dunia.
Dr sisi intermediasi bank masih tumbuh moderat. Kredit bank dan pembiayaan yang meningkat seiring dengan dpk dan premi asuransi. Di pasar modal juga banyak aksi korporasi.
Pencapaian itu, katanya tidak boleh membuat kita berpuas diri. Kita harus bekerja keras untuk menjaga stabilitas.
Kita terus menjaga dan melihat perkembangan risiko kredit seiring dengan ekonomi dan kondisi pasar komoditas.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga mmengandalkan pasar modal untuk pembiayaan infrastruktur serta mendorong pengusaha UMKM untuk memanfaatkan pasar modal.
OJK juga terus mendorong efisiensi organisasi sebagai pengatur pengawas dan melindungi jasa keuangan serta masyarakat.
OJK juga ingin terus meningkatkan sinergi antar lembaga seperti dengan BI dan kemenkeu.
Upaya itu menjadi komitmen OJK untuk menjadu otoritas yang kredibel dan berkontribusi kepada ekonomi Indonesia.
Pemimpin Perusahaan PT Jurnalindo Aksara Grafika Soebronto Laras memberikan sambutan pertama dalam acara Bisnis Indonesia Finanvial Award 2017.
Dalam paparannya Soebronto menjelaskan, BIFA kembali diadakan pada tahun ini sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja industri perbankan maupun industri keuangan nonbank. Dua sektor ini disebutnya berjalan dalam kondisi stabil.
"Berdasarkan rapat DK OJK, stabulitas sektor jasa keuangan sampai Juli normal. Profil risiko juga terjaga tampak dari perkembangan risiko kredit serta likuiditas lembaga jasa keuangan," ucapnya, di Jakarta, Senin (28/8/2017) malam.
Menurut Soebronto, naik atau turunnya industri keuangan sejalan dengan perkembangan dunia usaha. Bank, asuransi, dan multifinance bertindak sebagai salah satu penyangga kinerja sektor riil di dalam negeri.
BIFA 2017 memotret kinerja lembaga-lembaga di industri jasa keuangan tidak hanya pada aspek tata kelola perusahaan yang baik melainkan pula inovasi serta model bisnis yang dinamis. "Diharapkan penghargaan ini bisa memberikan hasil akhir yang baik," tuturnya.
Penghargaan BIFA 2017 mendasarkan penilaian kepada pertimbangan kuantitatif tetapi juga kualitatif. Tahun ini penghargaan tidak hanya menyoroti kinerja Bank tetapi juga IKNB.
Budi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJKK mengatakan keberadaan media punya peranan penting untuk jasa keuangan di Indonesia seperti memberikan informasi dan data aktual tentang jasa keuangan. Sejak awal berdiri, OJK terus menjalin hubungan dengan baik termasuk Bisnis Indonesia
Tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi media juga berperan dalam edukasi.
Di bidang keuangan melalui konten edukatif yang mencerahkan. Hal ini bisa membantu dorong literasi keuangan masyarakat dan bisa membuat masyarakat paham dan berhati-hati dalam berinvestasi.
"Kami pun sudah menyiapkan satgas waspada invetasi, mereka terus bergerak tidak hanya jakarta tapi juga daerah-daerah," ujarnya dalam acara penghargaan BIFA 2017 malam ini
Peran media menurutnya sangat baik sekali untuk memberitahukan kepada masyarakat, yang ramai terakhir Swissindo.
Media juga berperan dalam pusat data, riset dan agen perubahan.
Dengan keberadaan dalam mendokumentasikan, media bisa jadi pusat data lewat riset. Dengan didukung SDM berkualitas bisa mengolah data menjadi konten yang baik.
Dalam kontek agen perubahan acara BIFA 2017 juga bisa berdampak positif kepada jasa keuangan terkait performa industri jasa keuangan.
Harian Bisnis Indonesia menggelar malam penganugerahan, Bisnis Indonesia Financial Award (BIA) 2017, sebagai bentuk apresiasi lembaga keuangan khususnya perbankan, asuransi dan multifinance yang memiliki kinerja tinggi.
Acara ini diselenggarakan di Dian Ballroom Hotel Rafles, Jakarta pada Senin (28/8/2017). Rencananya, acara akan dimulai pada pukul 19.00.
Hingga pukul 18.40 tampak hadir beberapa tamu undangan, diantaranya adalah perwakilan dari Bank Permata, Bank Mas, Bank Royal, serta Bank OCBC
Sementara itu, sambil menunggu acara dimulai, para tamu undangan tampak menikmati sajian makan malam yang disediakan oleh penyelenggara.
BISNIS INDONESIA FINANCIAL AWARD 2017 (BIFA) merupakan penghargaan yang diberikan oleh Harian Bisnis Indonesia kepada lembaga keuangan di Indonesia, meliputi perbankan, asuransi, dan multifinance.
BIFA merupakan evolusi dari Bisnis Banking Award (BIBA), yang pada tahun sebelumnya hanya memberikan penghargaan kepada bank yang paling efisien dan memiliki kinerja terbaik. Pada tahun ini, melalui BIFA, Bisnis Indonesia juga memperluas cakupan penghargaannya, sehingga tidak terbatas pada bank saja, namun juga mencakup lembaga asuransi dan multifinance.
Secara umum, seleksi BIFA 2017 terdiri dari dua tahap yaitu seleksi kuantitatif, di mana para nominasi penerima award sektor perbankan, asuransi, dan multifinance yang lolos dari setiap kategori dari tahapan ini akan diajukan ke tahap kualitatif.
Seleksi kualitatif bertujuan untuk menentukan para penerima award berdasarkan pertimbangan para dewan juri.
Penilaian untuk sektor perbankan dibagi menjadi dua kriteria, yaitu The Best Performance Bank yang terdiri dari 6 award meliputi Bank BUKU 1, Bank BUKU 2, Bank BUKU 3, Bank BUKU 4, Bank Syariah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan kriteria The Most Efficient Bank yang juga terdiri dari 6 award meliputi Bank BUKU 1, Bank BUKU 2, Bank BUKU 3, Bank BUKU 4, Bank Syariah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Sebelum mengukur kinerja keuangan, dilakukan penyaringan awal dilakukan melalui rasio-rasio perbankan guna mendapatkan bank yang memenuhi kriteria kinerja baik. Rasio-rasio tersebut adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) > 14%, Non Performing Loan (NPL) gross < 5% dan Loan to Funding Ratio (LFR) 80%-92%.
Setelah itu, perhitungan kinerja keuangan itu didasarkan pada beberapa indikator performa yaitu pertumbuhan Dana Pihak Ketiga, pertumbuhan Net Loan dan pertumbuhan Profitabilitas (ROA). Selanjutnya, nama-nama nominasi penerima award ini diajukan dalam tahap seleksi kualitatif. Adapun metode pengukuran efisiensi bank yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis.
Untuk sektor asuransi, penghargaan The Best Performace Insurance dilakukan berdasarkan penilaian kinerja pada asuransi umum dan jiwa yang masing-masing di bagi tiga kelompok yaitu kecil, menengah, besar. Pengelompokan asuransi umum dilakukan berdasarkan besaran premi, sedangkan pengelompokan asuransi jiwa mengacu pada besaran aset.
Pembagian kelompok asuransi ini dilakukan dengan menggunakan metode clustering, yaitu metode yang memisahkan obyek-obyek (dalam hal ini perusahaan asuransi) kedalam beberapa kelompok yang mana setiap kelompok memiliki sifat/jarak yang berbeda dengan kelompok lainnya.
Dalam kasus ini kita tentukan kelompok yang akan dibentuk adalah 3 (kategori kecil, menengah, dan besar). Nantinya pada tiap kelompok akan memiliki anggota yang cenderung homogen dengan anggota lainnya dalam satu kelompok tersebut.
Dengan demikian, hasil yang didapat dari pengelompokan asuransi adalah sebagai berikut:
Asuransi Umum berdasarkan premi:
Kecil (< Rp450 miliar) = 36 perusahaan
Menengah (>Rp450 miliar Rp1,5 triliun) = 22 perusahaan
Besar (>Rp1,5 triliun) = 7 perusahaan
Total = 65
Asuransi Jiwa berdasarkan aset:
Kecil (< Rp8 triliun) = 36 perusahaan
Menengah (>Rp8 triliun Rp25 triliun) = 8 perusahaan
Besar (>Rp25 triliun) = 4 perusahaan
Total = 48
Perusahaan yang masuk dalam kategori The Best Performance Insurance adalah perusahaan asuransi yang dapat mengelola perusahaannya secara efektif dan efisien dengan mengacu kepada beban pemasaran, pendapatan premi, jumlah beban dan laba bersih.
Untuk sektor multifinance, penghargaan The Best Performace multifinance dilakukan berdasarkan kinerja dengan pembagian pada 3 kelompok yaitu kecil, menengah, dan besar. Pembagian kelompok multifinance dilakukan dengan cara yang sama seperti pembagian kelompok asuransi (metode clustering). Didapat pengelompokan multifinance sebagai berikut:
Multifinance (berdasarkan aset)
Kecil < Rp2,5 triliun = 75 perusahaan
Menengah 2,5 triliun 10 triliun = 21 perusahaan
Besar > 10 triliun = 8 perusahaan
Total = 104 perusahaan
Perusahaan yang masuk dalam kategori The Best Performance Multifinance dihitung berdasarkan kinerja yang mengacu beberapa indikator yaitu Return on Asset (ROA), ROE (Return on Equity), Net Profit Margin (NPM) dan Debt Equity Ratio (DER atau Leverage).
Dalam diskusi dewan juri, perhitungan hanya dilakukan apabila ROA, ROE, dan NPM masing-masing memiliki nilai lebih dari nol (tidak minus/negatif), serta DER berada dibawah angka 10. Ketika sudah didapatkan 5 nominee tiap kategori multifinance, dilakukan pembobotan nilai DER dengan rincian sebagai berikut
Nilai DER kurang dari 2 = 5
Nilai DER 2 hingga 5 = 3
Nilai DER lebih dari 5 = 1
Setelah didapatkan nilai pembobot dari DER, selanjutnya nilai performa (mengacu pada ROA, ROE, dan NPM) dari 5 nominee tersebut ditambah dengan nilai pembobot dari DER, baru setelah itu diranking berdasarkan nilainya, semakin besar nilai berarti semakin baik performanya.