Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk., anak usaha PT Bank Panin Tbk. membukukan penurunan laba bersih ke level Rp15,07 miliar per September 2017, turun 13% dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp17,35 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, tampak bahwa penurunan laba bersih tersebut lantaran adanya penyusutan laba operasional dari Rp22,03 miliar pada September 2016 menjadi Rp19,65 miliar.
Pemicunya, antara lain, kenaikan pendapatan penyaluran dana dan pendapatan operasional lainnya masih lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan di sisi beban, baik beban bagi hasil untuk pemilik dana investasi, maupun beban operasional lainnya.
Pos-pos pengerek kenaikan beban per September tahun ini mencakup kerugian penurunan nilai aset keuangan, khususnya unuk pembiayaan bagi hasil; beban tenaga kerja; beban promosi; serta beban lainnya.
Doddy Permadi S, Direktur Panin Dubai Syariah Bank, menuturkan pihaknya masih mencatatkan pertumbuhan berkelanjutan. Hal ini tampak dari kenaikan aset menjadi Rp9,33 triliun, naik 14,4% (yoy) dari posisi September 2016 sebesar Rp8,16 triliun.
Peningkatan aset tersebut sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan yang meningkat 24,6% menjadi sebesar Rp7,34 triliun dari posisi September 2016 sebesar Rp6,34 triliun. Kontributor utama kenaikan pembiayaan yakni pertumbuhan segmen komersial sebesar 33,5% dan korporasi sebesar 24,1% (yoy).
Pertumbuhan aset juga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat menjadi Rp7,79 triliun atau naik sebesar 17,8 % (yoy), dengan tingkat FDR sebesar 94,3% dan rasio dana murah (CASA) terhadap total DPK sebesar 13,9%.
"Secara umum, pertumbuhan bisnis PDSB saat ini masih didominasi segmen korporasi dan komersial sebagai engine utama. Sedangkan segmen ritel tumbuh sebesar 23,4%, sejalan dengan upaya PDSB dalam melakukan diversifikasi usaha dan pengelolaan risiko portofolio pembiayaan," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (25/10/2017).
Terkait dengan kualitas pembiayaan, anak usaha PT Bank Panin Tbk. itu masih mencatatkan penurunan kualitas pembiayaan pada triwulan III/2017 di tengah kondisi ekonomi dan beberapa sektor industri yang belum pulih, seperti sektor pertambangan dan migas.
Rasio NPF (nonperforming financing) gross PDSB naik dari 2,87% pada September 2016 menjadi 4,46% di September 2017.
Dia menuturkan penanganan pembiayaan bermasalah secara khusus ditangani oleh focus team (Special Asset Management). Perseroan melakukan pembentukan yang cukup atas kebutuhan pencadangan untuk meng-cover aset yang bermasalah.
"Tingkat pencadangan yang dibentuk cukup konservatif dan berkontribusi terhadap pencapaian laba sebelum pajak sebesar Rp20,09 miliar hingga akhir September 2017," katanya.
Sementara itu, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) perseroan tercatat turun dari posisi 19,89% pada September 2016 menjadi 16,83% pada akhir September tahun ini. Posisi CAR tersebut relatif masih dalam rata-rata CAR industri perbankan syariah di Indonesia.
Lebih lanjut, Doddy mengatakan manajemen PDSB melakukan sejumlah inisiatif utama dalam sembilan bulan tahun 2017, di antaranya yakni penguatan fungsi strategis melalui penguatan tim manajemen inti PDSB, pengembangan infrastruktur, khususnya implementasi New Core Banking System, penataan organisasi segmen ritel, penguatan pengelolaan proses pembiayaan, efisiensi biaya dan recovery plan pembiayaan bermasalah.