Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Harda Internasional Tbk. hingga akhir Desember 2017 mampu mencetak laba hingga sebesar Rp10 miliar atau mengalami pertumbuhan hingga 46,2% dibandingkan tahun sebelumnya sekitar Rp7 miliar.
Chief Executive Officer PT Bank Harda Internasional Tbk. Barlian Halim mengatakan bahwa kenaikan laba tersebut mayoritas ditopang dari pendapatan bunga bersih yang mencapai sebesar 90% dan sisanya 10% dari lain-lain seperti profisi dan administrasi.
"Pencapaian ini merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang sejarah Bank Harda Internasional," tuturnya saat jumpa pers di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/1).
Pasalnya, kata dia, pada 2016 yang merupakan periode awal dari direksi baru dan menjadi titik balik bagi Bank Harda Internasional Tbk. untuk membukukan laba sebesar Rp7 miliar sejak mengalami kerugian sebesar Rp46 miliar pada 2015.
Halim menerangkan bahwa peningkatan laba sejalan dengan peningkatan kredit yang mampu tumbuh 24,4% dan upaya manajemen untuk menyelesaikan rasio kredit bermasalah [non performing loan/NPL], serta mengoptimalkan pendapatan dalam pengelolaan aset dan liabilitas.
"Untuk realisasi kredit sampai akhir 2017 kita mampu salurkan hingga Rp1,74 triliun, dan juga merupakan nilai tertinggi sepanjang sejarah BHI," tegasnya.
Baca Juga
Realisasi kredit tumbuh 24,4% atau sebesar Rp341 miliar dan telah melampaui target sebesar 20%. Angka tersebut bahkan melebihi dari target awal yang semula hanya dipasang tumbuh 10% dan menjadikan rekor pencapaian target terbaik selama delapan tahun terakhir BHI.
"Realisasi kredit mayoritas disalurkan pada sektor perdagangan 50%, industri pengolahan 15%, perumahan 10% dan konsumsi 9%, dan lainnya," ujarnya.
Adapun sepanjang 2017, rasio NPL di Bank Harda Internasional Tbk berhasil dipertahankan dibawah level 5%, yakni NPL gross sebesar 3,18% dan NPL netto 2,39%.
"Tahun ini NPL akan kita jaga di bawah 3% sehingga dapat mendorong profitabilitas kita," ujarnya.
Sementara itu, total aset tercatat meningkat 19,4% secara year on year (yoy) menjadi Rp2,458 triliun. Lalu dari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 11,1% menjadi Rp1,743 triliun.