Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intervensi Pasar Berpotensi Kuras Cadev

Meski posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia diperkirakan masih cukup kuat menopang intervensi di pasar uang di tengah pelemahan rupiah, tapi bank sentral harus mewaspadai efek kebijkan tersebut.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Meski posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia diperkirakan masih cukup kuat menopang intervensi di pasar uang di tengah pelemahan rupiah, tapi bank sentral harus mewaspadai efek kebijkan tersebut.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menuturkan Bank Indonesia (BI) tidak dapat terus mengandalkan intervensi nilai tukar dengan cadangan devisa. Pasalnya, intervensi dengan menggunakan dengan cadev dinilai cukup berat.

"Pada 2016 saja, untuk stabilkan kurs pada November, cadangan devisa terkuras hingga US$4 miliar. Artinya, intervensi untuk perkuat rupiah bisa menguras cadev tahun ini," katanya, Senin (5/3/2018).

Solusi lainnya adalah mengunakan strategi menaikkan suku bunga acuan sehingga instrumen investasi lebih menarik bagi investor asing.

Sejauh ini, Bhima melihat jika The Fed menaikkan suku bunga pada Maret 2018, BI akan mengikuti langkah bank sentral AS tersebut. Dia memperkirakan kenaikannya bisa mencapai 25-50 basis poin.

"Biar yield spread-nya tidak terus menyempit," ujar Bhima.

Hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah pembalikan arus modal investor asing yang mengincar treasury bond.

Dibandingkan mata uang lainnya di Asia, rupiah tercatat mengalami depresiasi terdalam kedua setelah Filipina. Sejak awal 2018 hingga Jumat (2/3), rupiah terdepresiasi sebesar 1,5%, lebih rendah dari peso Filipina sebesar 4,1% dan lebih tinggi dari won Korea 1,2%.

Di sisi lain, BI menegaskan cadev hingga Maret 2018 lebih dari cukup untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah. Kurs rupiah bergerak ke teritori Rp13.700 per dolar AS, atau menjauhi batas asumsi pemerintah dalam APBN 2018 sebesar Rp13.400 per dolar AS.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan cadev saat ini cukup untuk menutupi 8 bulan impor.

"Lebih dari cukup untuk stabilisasi," tegasnya kepada Bisnis.

Tidak hanya itu, bank sentral menilai kondisi makro dalam negeri saat ini cukup baik sehingga faktor tersebut dapat menopang stabilitas rupiah. Credit Default Swap (CDS) Indonesia pun berada pada level normal, demikian pula swap rate pada level yang rendah dan aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper