Bisnis.com, JAKARTA — Masih lemahnya permintaan kredit dari sektor riil membuat bank memilih mengoptimalkan dana di surat berharga ketimbang menyalurkannya sebagai kredit, demi menjaga kualitas aset.
Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) Iman Nugroho Soeko mengatakan, bank bukannya lebih senang menaruh dana di surat berharga. Namun, permintaan kredit yang masih lemah membuat bank mengambil langkah tersebut.
"Permintaan kredit masih soft. Permintaan paling rendah di segmen investasi karena debitur harus lihat prospek yang relatif lebih jangka panjang," katanya kepada Bisnis, Selasa (8/5/2018).
Presiden Direktur PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Hariyono Tjahjarijadi mengatakan, karena bank belum sepenuhnya bisa menyalurkan kredit karena rendahnya permintaan akan kredit modal kerja.
"Maka bank menempatkan dana dalam bentuk surat berharga. Itu hal yang biasa dalam mengatur likuiditas," ujarnya.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penempatan dana bank pada surat berharga per Februari 2018 tumbuh 22,5% secara year on year (yoy) menjadi Rp1,14 triliun. Angka tersebut jauh di atas pertumbuhan penyaluran kredit bank yang sebesar 8,2% (yoy).