Bisnis.com, JAKARTA -- PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) bakal mempertimbangkan pengetatan kredit sebagai respons dari kenaikan nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp15.000.
CEO Akseleran Ivan Nicholas Tambunan menilai kenaikan dolar tidak terlalu berdampak kepada Akseleran dari segi lender. Hal itu karena 100% lender Akseleran merupakan lender lokal yang transaksinya menggunakan rupiah.
Namun, dari segi borrower dia mencermati ada sejumlah sektor seperti minyak dan gas yang terdampak cukup signifikan akibat kenaikan dolar.
“Kami tetap monitoring risiko dengan memastikan pinjaman kami di sektor seperti migas dan infrastruktur tetap sehat keuangannya. Kalau dolar naik terus kami akan perketat kredit,” ujarnya kepada Bisnis.com, sebagaimana dikutip pada Senin (9/10/2018).
Jika arus kas debitur masih berjalan baik, maka akan tetap menerima penyaluran kredit. Artinya, keputusan pengetatan kredit sangat bergantung pada kondisi perusahaan.
“Kalau ada yang memburuk, kami pertimbangkan dalam pemberian kredit lebih lanjut,” ujarnya.
Sejauh ini, 80% peminjam yang dilayani oleh Akselerana berasal dari sektor konstruksi, koperasi, dan real estate.