Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral menegaskan pihaknya memang membuka ruang penguatan bagi nilai tukar sesuai dengan mekanisme pasar.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah menuturkan bank sentral tetap berada di pasar baik di saat rupiah menguat atau melemah.
"Seperti hari ini [10/1/2018], pasar menguat itu adalah bagian represi pasar. Pasarnya sekarang cukup liquid karena banyak bank-bank yang melakukan transaksi dan cukup aktif," ungkap Nanang, Kamis (10/1/2019).
Alhasil, pergerakan mekanisme pasar dan kondisi global yang kondusif berhasil mendorong penguatan rupiah. Nanang mengaku bank sentral tidak melakukan intervensi apapun di dalam penguatan rupiah pada hari ini, Kamis (10/1), kecuali lelang DNDF.
Saat ini, Bank Indonesia masih melihat kondisi nilai tukar yang di bawah level fundamentalnya. Jika demikian, ruang untuk penguatan terbuka luas seiring dengan kondisi global yang mendukung.
"Tetapi lebih baik jika penguatannya secara perlahan atau lebih smooth. Tidak menguat tajam dan tidak terjadi bouncing karena tidak bagus," kata Nanang.
Terkait dengan sasaran nilai tukar, Bank Indonesia menegaskan pihaknya tidak menyasar level tertentu. Namun, dia menegaskan kondisi global sangat mendukung bagi stabilitas rupiah.
Pada 2018, dinamika global memang meningkat. Ketika memasuki 2019 ini, beberapa isu mulai membuahkan solusi, termasuk perang dagang dan normalisasi suku bunga AS.
Dari sisi domestik, rupiah telah melewati level psikologis mulai dari Rp14.000 hingga Rp15.000 per dolar AS tahun lalu. Sebelumnya, dia mengakui pergerakan di level tersebut menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.
Pada akhirnya ketika level psikologisnya sudah tersentuh, ternyata ekonomi Indonesia cukup stabil. "Menurut saya, kalau sekarang bergerak dari Rp14.000 ke Rp15.000 masyarakat sudah terbiasa dengan pergerakan itu," kata Nanang.