Bisnis.com, JAKARTA — PT Standard Chartered Bank Indonesia membidik kredit tumbuh moderat, atau pada kisaran target yang dipatok Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni sekitar 12%–13%.
Target tersebut lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan tahun lalu, sebesar 17% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Demikian disampaikan Chief Financial Officer SCBI Anwar Harsono.
“Tahun lalu [kredit tumbuh] mencapai 17%, jadi tahun ini tidak mungkin sebesar itu lagi, jadi sekitar target OJK,” kata Anwar di Jakarta, Senin (4/3/2019).
Anwar melanjutkan bahwa debitur korporasi masih akan menjadi andalan perusahaan. Sebanyak 70% dari total penyaluran dana SCBI akan diserap nasabah kakap.
“Sisanya itu kredit ritel, kami akan melanjutkan transformasi, fokus menggarap nasabah menengah ke atas,” kata Anwar.
Dalam kesempatan yang sama Chief Executive Officer SCBI Rino Donosepoetro mengatakan bahwa tantangan tahun ini cenderung akan lebih mudah dihadapi dibandingkan dengan tahun lalu. Pasalnya perusahaan memproyeksi tekanan ekonomi global akan mereda.
“Selain itu ditambah juga dengan fundamental Indonesia yang memang kuat,” kata Rino.
Adapun sepanjang 2018 fungsi intermediasi SCBI tumbuh 17% yoy menjadi Rp32,2 triliun. Nasabah korporasi menjadi penopang utama dan diikuti dengan debitur dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Tahun lalu rasio kredit UMKM SCBI terhadap total portofolio kredit naik signifikan dari 13% pada 2017 menjadi 23%. Angka tersebut sesuai dengan ketentuan regulator yang meminta bank memenuhi rasio kredit UMKM sebesar 20% per 2018.