Bisnis.com, JAKARTA — Setelah menyelesaikan studi di Ohio State University jurusan manajemen, Rina Kartina ditegur ayahnya saat ingin melamar kerja di sebuah perusahaan. Teguran tersebut langsung menyadarkan dirinya bahwa dia bisa berbuat jauh lebih banyak daripada ‘sekadar’ menjadi karyawan.
Setelah melakukan riset dan melihat kondisi pasar, Rina akhirnya memutuskan untuk merintis perusahaan sendiri. Perusahaaan itu bernama PT Tatuis Cahaya Internasional atau Tatuis.
Tatuis adalah merek mukena yang telah tersebar di penjuru toko online di dalam negeri. Mukena Tatuis sudah digunakan oleh jemaah haji di Tanah Suci hingga makmum pada kota kecil di selatan pulau Sulawesi.
Mulanya Rina memulai usaha pembuatan sajadah. Kemudian berkembang menjadi produsen mukena. Ketika masuk ke bisnis mukena, dia melihat satu peluang yang dapat membedakan produknya dari mukena kebanyakan yang berwarna putih polos.
“Akhirnya kami memilih untuk menjadikan Tatuis mukena yang anak muda, yang beda, dengan warna-warni dan corak bunga-bunga,” ujar Rina saat ditemui di workshop miliknya, pekan lalu.
Pada 2007, Rina merintis usaha dari garasi rumah. Secara bertahap, dia memindahkan usahanya ke bekas pabrik sepatu di pinggiran daerah Cibinong. Dari usaha yang pada awalnya hanya memiliki tiga pegawai dengan omzet sekitar Rp30 juta per bulan, kini Tatuis telah berkembang dengan mempekerjakan lebih dari 100 penjahit dengan sistem line producing.
Baca Juga
Setelah dua tahun usaha berjalan, dua saudara Rina turut bergabung untuk membesarkan usahanya. Akan tetapi, ketika ‘pasukan’ ditambah, pada saat bersamaan justru muncul masalah di bagian produksi. Ketika masalah memuncak, hampir seluruh penjahit yang bekerja sama dengan Tatuis mengundurkan diri, menyisakan hanya satu orang penjahit asal Tasikmalaya.
Setelah kejadian tersebut, manajemen Tatuis memutuskan untuk merombak sistem kerja dan mempekerjakan kepala pabrik. Keputusan tersebut dinilai berimbas baik bagi bisnis.
Pada 2014, Rina merasa perlu mengembangkan usahanya. Alhasil, Rina mengajukan pembiayaan modal kerja ke PT Bank Syariah Mandiri dengan fasilitas pembiayaan dana berputar dan menggunakan akad musyarakah.
SESUAI KEBUTUHAN
Rina memilih fasilitas pembiayaan dana berputar dengan alasan usahanya dapat menarik pembiayaan sesuai dengan kebutuhan bisnis kapanpun. Adapun, margin yang ditetapkan akan dihitung berdasarkan pemakaian rata-rata pemakaian dana yang disediakan Mandiri Syariah setiap akhir bulan.
Menurut Rina, dirinya hanya berkewajiban membayar angsuran margin per bulan, sedangkan angsuran pokok dibayar sesuai dengan cashflow bisnisnya. Pada pengajuan pertama, Mandiri Syariah memberikan open plafon senilai Rp1 miliar.
Rina menggunakan fasilitas pembiayaan tersebut untuk membeli bahan baku pada periode puncak produksi, yakni mendekati Ramadan. Setelah rutin menggunakan fasilitas tersebut, Rina menutup pinjamannya dengan open plafon senilai Rp2,5 miliar.
Menurutnya, pertumbuhan omzet usahanya berakselerasi lebih dari 20% pada tahun lalu, setelah pada tahun sebelumnya hanya mampu tumbuh 2%. Omzet pada akhir 2018 berada di kisaran Rp3 miliar—Rp5 miliar.
Pada tahun ini, Rina menargetkan omzetnya dapat tumbuh dua kali lipat. Hal tersebut, ujarnya, berdasarkan dari beberapa strategi yang akan dilakukan perseroan seperti memperkuat pangsa pasar korporat dengan memperbanyak kerja sama antara perseroan dan perbankan syariah dan agen perjalanan umrah dan haji.
Pada tahun ini, Rina menargetkan dapat menjadi mitra souvenir haji bagi nasabah Mandiri Syariah, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank BRI Syariah Tbk. Sebelumnya, perseroan telah mejadi mitra souvenir haji bagi Mandiri Syariah dalam dua musim haji.
Selain itu, perseroan berencana untuk dapat meneken kerja sama penyaluran mukena untuk agen perjalanan umrah dan haji. Co-Founder Tatuis Diansyah Sukmana mengatakan, perseroan telah melakukan kerja sama dengan sekitar 20 agen perjalanan sejak November tahun lalu.
“Tahun ini, kalau saya dapat merealisasikan kerja sama dengan 100 agen saya senang, tapi 80 agen juga oke lah,” ujarnya.
Selain memperkuat pasar korporat, Tatuis juga memperluas penjualan ke negeri jiran. Diansyah menyampaikan, telah ada distributor dari Malaysia yang sedang memeriksa sampel untuk dijual di sana. Menurutnya, pada semester II/2019 produk Tatuis akan dijual di Malaysia.
Di sisi lain, Rina menyatakan, minat untuk kembali mengajukan pembiayaan investasi ke perbankan syariah untuk membeli mesin jahit digital dalam memperkuat kemampuan produksi ke pasar korporat.
Rina menyampaikan, lebih memilih mengajukan pembiayaan kepada perbankan syariah karena dua hal, yaitu kemudahan fasilitas yang akad dalam pembayaran angsuran dan kesesuaian dengan syariah. “Memang marginnya lebih tinggi sedikit, tapi syariah itu kan tidak ternilai harganya,” tuturnya.
Branch Manager Cabang Pondok Indah Mandiri Syariah Ike Risnawati mengatakan, perseroan mengenakan margin untuk fasilitas pembiayaan yang digunakan Tatuis di kisaran 11,5%—13,5%.
Adapun, sambungnya, secara jenis penggunaan, Mandiri Syariah menempatkan pembiayaan kepada Tatuis sebagai business banking.
Pada tahun ini, Ike berujar perseroan menargetkan dapat menumbuhkan portofolio pembiayaan di cabangnya lebih dari 20% pada tahun ini dari realisasi tahun lalu sekitar Rp159 miliar. Pada 2018, Ike mencatat portofolio pembiayaan cabangnya tumbuh lebih dari 25% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Skema pembiayaan syariah saat ini kian diminati untuk usaha kecil, karena memberikan manfaat dari sisi bisnis dan ada nilai tambah dari sisi syariah.