Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bansos dan Inflasi Rendah Topang Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I/2019

Tahun ini, Kementerian Keuangan menyalurkan belanja proteksi sosial sebesar Rp385,2 triliun  untuk Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai(BPNT), dan subsidi rumah murah.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Jelang Pemilu, bantuan sosial menjadi motor pendorong pertumbuhan konsumsi kuartal I/2019 yang diperkirakan mencapai 5,2 persen.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan konsumsi akan tumbuh sebesar 5,2 persen, ditopang oleh stimulus fiskal dan rendahnya inflasi sehingga daya belinya bagus.

"Stimulus fiskal dari konsumsi pemerintah kan tinggi. Nah, stimulus fiskal ini banyak ke bantuan sosial [bansos] dan bansos itu banyak meningkatkan konsumsi dari rumah tangga khususnya segmen bawah," papar Perry, Jumat (22/03/2019).

Tahun ini, Kementerian Keuangan menyalurkan belanja proteksi sosial sebesar Rp385,2 triliun  untuk Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai(BPNT), dan subsidi rumah murah.

Sementara itu, inflasi pada Januari dan Februari tercatat rendah yakni, masing-masing 2,82 persen (year on year/yoy) dan 2,57 persen  (year on year/yoy).  Pada Maret ini, Survei Perkiraan Harga Bank Indonesia pada minggu ketiga memperkirakan inflasi akan kembali turun menjadi 2,47 persen. 

Adapun, faktor utamanya adalah deflasi harga bahan pangan seperti daging ayam ras, telur ayam ras, beras dan sayur-sayuran.

Kombinasi inflasi rendah dan stimulus fiskal melalui bantuan sosial itu semakin menegaskan bahwa konsumsi akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2019.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2019 akan mencapai 5,2 persen dari kisaran sasaran 5,0 persen -5,4 persen pada periode ini.

Perry melihat konsumsi swasta, konsumsi pemerintah dan LNPRT karena berkaitan dengan persiapan untuk Pemilu cukup meningkat. Sayangnya, investasi pada kuartal I/2019 diperkirakan tidak akan sekuat kuartal sebelumnya. 

"Investasi pada triwulan I, seperti kami sampaikan polanya pada awal tahun lebih lambat daripada triwulan IV, tapi akan meningkat di triwulan berikutnya," ungkap Perry.

Menurutnya, investasi yang melambat tampak pada investasi non-konstruksi. Sementara itu, investasi konstruksi tetap tinggi karena berkaitan dengan berlangsungnya pembangunan infrastruktur fisik dan proyek dari perusahaan sektor energi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper