Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja profitabilitas perbankan juga belum menunjukkan pemulihan signifikan. Net Interest Margin (NIM) sebagai salah satu indikator utama, stagnan di level 4,45% per Mei 2025.
Angka NIM itu tidak berubah dibandingkan April 2025 dan turun dari 4,62% pada Desember 2024.
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Return on Assets (ROA) juga mencerminkan tren pelemahan. ROA per Mei 2025 tercatat sebesar 2,51%, turun tipis dari April yang sebesar 2,53%, dan lebih rendah dibandingkan Desember 2024 yang mencapai 2,69%.
Di sisi lain, risiko kredit terus menunjukkan peningkatan. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross naik menjadi 2,29% pada Mei 2025 dari 2,24% pada April 2025.
NPL net juga mengalami kenaikan dari 0,83% menjadi 0,85% pada periode yang sama.
Loan at Risk (LaR), yaitu kredit yang berpotensi menjadi bermasalah, juga berada di level tinggi, yakni 9,93% per Mei 2025. Meski hanya naik tipis dari bulan sebelumnya yakni 9,92%, angka ini menunjukkan bahwa tekanan kualitas aset perbankan masih signifikan.
Baca Juga
Likuiditas Tergerus, Rasio Kewajiban Likuid Menurun
Risiko likuiditas perbankan pun mulai menjadi perhatian. Meskipun alat likuid secara nominal tercatat sebesar Rp2.266 triliun per Mei 2025, namun beberapa indikator rasio likuiditas menunjukkan penurunan.
Rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK) melemah menjadi 24,98%, menurun dari 25,23% pada April 2025. Rasio AL terhadap NCD (AL/NCD) juga terus menurun ke level 110,33%, turun dari 111,32% pada bulan sebelumnya.
Yang paling mencolok adalah penurunan Liquidity Coverage Ratio (LCR), yang menyusut dari 200,35% pada April menjadi 192,41% pada Mei 2025. Padahal pada Desember 2023, LCR masih di atas 220%.
Sementara itu, Net Stable Funding Ratio (NSFR), yang hanya dirilis per kuartal, tercatat sebesar 128,75% pada kuartal I/2025, turun dari 134,04% pada akhir 2023.