Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank China Construction Indonesia Tbk. (CCB Indonesia) memutuskan menggunakan seluruh laba yang diperoleh pada 2018 untuk memperkuat permodalan serta menambah pencadangan.
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan atau RUPST 2018 Bank CCB Indonesia memutuskan tidak membagikan dividen untuk para pemegang saham.
Pada tahun lalu, bank yang merupakan hasil merger antara PT Bank Windu Kentjana International Tbk. dan PT Bank Antardaerah pada 2016 itu berhasil membukukan laba bersih senilai Rp89,89 miliar. Nilai tersebut naik 80,1% menjadi dari perolehan laba pada periode yang sama 2017 senilai Rp49,89 miliar.
Direktur Utama Bank CCB Indonesia You Wennan mengatakan keseluruhan laba bersih itu akan digunakan untuk dua komponen. Pertama, sebesar Rp500 juta sebagai cadangan wajib. Kedua, sebesar Rp89,36 miliar sebagai laba ditahan dengan tujuan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.
"Tahun ini kami masih akan fokus pada pertumbuhan yang ditetapkan di antaranya kredit Rp12,78 triliun dari tahun lalu Rp11,55 triliun dengan strategi percepatan pengembangan bisnis segmen corporate banking," katanya, Selasa (14/5/2019).
Adapun bank umum kategori usaha atau BUKU II dengan modal inti Rp2,13 triliun per Desember 2018 ini juga menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga atau DPK sebesar Rp13,79 triliun, naik tipis dari tahun lalu Rp13,07 triliun.
Sebelumnya, Corporate Secretary Bank CCBI Andreas Basuki mengatakan tahun lalu perseroan telah berhasil menjaga keselarasan antara kredit dan DPK menjadi lebih baik. Alhasil, rasio loan to deposit atau LDR berhasil ditingkatkan dari 79,4% pada 2017 menjadi 88,3% pada Desember 2018.
"LDR ini diharapkan akan berlanjut sampai tahun ini karena perseroan masih akan menjaga pada kisaran 92%-93% sampai akhir 2019" katanya.
Sementara itu, pada Februari lalu perserian juga telah menerbitkan surat berharga subordinasi (subdebt) senilai maksimum US$50 juta untuk memperkuat modal perseroan. Surat utang itu dibeli langsung (subscribed) oleh China Construction Bank Corporation (CCBC), sebagai pemegang saham mayoritas perseroan dengan kepemilikan 60%.
Berbagai upaya itu dilakukan guna meningkatkan modal perseroan dengan target CAR tahun ini mencapai 33,48% atau naik dari CAR 2018 yang hanya 15,69%.