Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mayora tengah mematangkan rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Manajemen telah sepakat akan melantai di bursa pada 2021.
Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan pada awalnya perusahaan hendak melakukan IPO pada tahun ini. Namun persiapan yang dibutuhkan Mayora untuk menjadi perusahaan publik ternyata akan memakan waktu.
“Rencana tersebut [IPO] masih ditunda dari rencana sebelumnya tahun 2019. Penundaan untuk persiapan dan lain-lain,” katanya kepada Bisnis, Selasa (28/5/2019).
Sebelumnya Irfan juga sempat mengatakan bahwa perusahaan menunda IPO tahun ini karena hendak melihat situasi politik. Mayora menilai ekonomi dalam negeri akan cenderung lebih baik seusai pemilihan umum 2019.
Bank Mayora hendak menggalang modal dari publik untuk kebutuhan akses pendanaan dan untuk transparansi kinerja. Irfanto menambahkan bahwa target penghimpunan dana belum ditetapkan. Namun dia memastikan aksi korporasi melepas saham ke publik itu tidak akan membuat perusahaan naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) III. Per Maret 2019, modal inti Mayora sebesar Rp1,14 triliun atau tergolong BUKU II.
Sementara itu pada kuartal I/2019, Mayora membukukan laba sebesar Rp13,2 miliar atau naik 16,81% secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian ini disokong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 2,31% yoy menjadi Rp70,9 miliar.
Meningkatnya profitabilitas perusahaan diikuti oleh fungsi intermediasi. Penyaluran kredit per Maret 2019 tumbuh 6,03% yoy menjadi Rp3,89 triliun. Namun kinerja kredit belum mampu mendorong total aset. Pada tiga bulan pertama tahun ini aset Mayora turun 0,96% yoy menjadi Rp5,76 triliun.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), bank membukukan Rp4,25 triliun atau turun 2,34% yoy. Giro dan depostio, masing-masing turun 12,04% dan 3,05%, sedangkan tabungan naik 10,74% yoy. Pada periode ini rasio dana murah (current account savings account/CASA) naik 45 basis poin (bps) menjadi 34,15%.