Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) menyatakan pertumbuhan penempatan dana di surat berharga pada tahun ini tidak akan setinggi tahun lalu.
Mengutip data laporan keuangan per kuartal I/2019, total jumlah surat berharga yang dimiliki Mandiri Syariah mencapai Rp17,07 triliun, meningkat 4,9% secara year to date (YtD) dibandingkan dengan akhir Desember 2018 sebesar Rp16,26 triliun.
Secara year on year (YoY), realisasi tersebut tumbuh 30,06% dari posisi Maret 2018 sebesar Rp13,12 triliun. Kenaikan itu lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2018 yakni 58,35% dari Maret 2017 sebesar Rp8,29 triliun.
Menurut Direktur Finance dan Strategy Mandiri Syariah Ade Cahyo Nugroho, pihaknya masih berniat membeli surat-surat berharga baik yang diterbitkan pemerintah maupun korporasi swasta sebagai manajemen pengelolaan likuiditas.
Hanya saja, dia memprediksi kenaikannya akan cenderung stagnan. Hal ini disebabkan dua faktor antara lain pertumbuhan pendanaan yang tidak terlalu tinggi serta penyaluran pembiayaan yang akan lebih digenjot.
"Kami bersyukur tren di awal tahun pembiayaan tumbuhnya sudah mulai bagus, sebelumnya memang banyak ke surat berharga seperti sukuk negara tapi sekarang dngan pembiayaan tumbuh agak lebih baik, sudah mulai shifting balik lagi ke pembiayaan," katanya saat ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Ade menuturkan per Maret 2019, ekses likuiditas perseroan mencapai sekitar Rp20 triliun. Adapun jumlah total pendanaan sekitar Rp87 triliun sedangkan pembiayaan yang disalurkan sekitar Rp69 triliun.
"Ekses likuiditas yang sekitar Rp20 triliun itu kami tempatkan di surat berharga pemerintah, Fasbi, giro wajib minimum dan lain-lain. Tahun lalu [penempatan dana di surat berharga] meningkat karena pertumbuhan funding, tapi tahun ini relatif stagnan, kami fokus ke ekspansi pembiayaan," paparnya.
Adapun, outstanding penyaluran pembiayaan hingga Maret 2019 mencapai Rp69,4 triliun, tumbuh 13% YoY.
Anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. ini masih memiliki likuiditas yang cukup longgar yang tampak dari rasio financing to deposit (FDR) di level 79,39%. Walaupun masih terbilang rendah, rasio tersebut sedikit meningkat dibandingkan dengan Maret 2018 sebesar 73.92%.
"Kami masih akan mengambil surat berharga untuk mengganti yang akan jatuh tempo. Apalagi kondisi FDR Mandiri Syariah masih 80%, jadi mau tidak mau salah satu alternatif yang akan diambil adalah sukuk pemerintah," paparnya.