Bisnis.com, JAKARTA -- Konsensus ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) belum akan menurunkan suku bunga dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2019, seiring masih besarnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal.
Sebanyak 28 dari 34 ekonom yang disurvei pekan ini memperkirakan BI akan menahan 7 Day Reserve Repo Rate (7DRRR) di kisaran 6 persen, meskipun beberapa bank sentral di kawasan telah memangkas suku bunga acuannya setelah melihat adanya indikasi pelemahan ekonomi akibat faktor global.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual mengungkapkan kondisi inflasi yang terjaga rendah memang sangat memungkinkan bagi BI untuk menerapkan kebijakan moneter yang longgar.
"Namun, masalahnya masih soal external balance kita, defisit transaksi berjalan kelihatannya masih cukup tinggi pada semester pertama," tegasnya, Rabu (19/6/2019).
Meskipun rupiah berada di kisaran yang stabil, David bersikukuh bank sentral baru akan mengambil kebijakan yang lebih lunak terkait dengan suku bunga pada semester kedua setelah defisit transaksi berjalan kembali normal.
Sementara itu, ekonom PT Maybank Indonesia Tbk. Juniman menilai bulan ini adalah momen yang tepat bagi BI untuk menurunkan suku bunga karena ketidakpastian perang dagang masih cukup besar. Kondisi ini memicu perlambatan ekonomi global yang pada akhirnya dapat berdampak negatif bagi ekonomi domestik.
Baca Juga
Pada awal kuartal II/2019, pertumbuhan kredit mulai mengalami perlambatan menjadi 11 persen dari kisaran 12 persen pada awal tahun.
"Maka, BI suka tidak suka harus mendukung ekonomi domestik dengan pemotongan suku bunga," ucapnya.
Dari sisi nilai tukar dan inflasi, Juniman menilai kedua faktor ini sangat mendukung. Pertama, nilai tukar cukup stabil di kisaran Rp14.200-Rp14.400 per dolar AS.
Kedua, inflasi Mei 2019 yang bertepatan dengan Ramadan dan Lebaran berhasil ditekan di bawah 1 persen, yakni hanya sebesar 0,68 persen.
Momentum pemangkasan suku bunga telah diambil oleh banyak bank sentral antara lain Reserve Bank of India, Reserve Bank of Australia, Bank Negara Malaysia, dan Bangko Sentral ng Pilipinas. Semua bank sentral yang mengambil kebijakan tersebut mengutip pelemahan ekonomi sebagai alasan.
Langkah ini dipastikan akan diikuti oleh Federal Reserve, di mana pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan sebesar 50 basis poin (bps) pada tahun ini. Kebijakan pelonggaran moneter juga bakal dipegang teguh oleh European Central Bank (ECB) ke depannya.
Sejauh ini, BI memberikan sinyal yang mixed terkait dengan kepastian penurunan suku bunga. Bank sentral mengakui pihaknya memiliki ruang penurunan suku bunga. Namun, kondisi global dan kondisi neraca pembayaran, termasuk pembiayaan defisit transaksi berjalan, masih jadi hambatan.