Bisnis.com, JAKARTA -- PT Adira Dinamika Multifinance Tbk., (Adira Finance) mencatatkan pembiayaan Rp18,4 triliun pada Juni 2019, tumbuh konservatif sebesar 4% secara tahunan.
Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan roda dua masih tumbuh sebesar 8%. Namun, pembiayaan roda empat turun hingga di atas 10% sepanjang semester I/2019. Hal tersebut diakibatkan oleh penjualan mobil yang juga menurun.
Dengan demikian pertumbuhan pembiayaan pada paruh pertama tahun ini cenderung datar. Kendati demikian perseroan masih berupaya untuk terus menggenjot pembiayaan untuk mencapai target pada akhir 2019.
“Dua per tiga bisnis kami terkait dengan kendaraan baru motor dan mobil. Jadi kalau penjualannya turun, akan berdampak secara langsung ke bisnis kami,” ujarnya, Rabu (3/7).
Sementara itu, pembiayaan roda dua terlihat lebih positif karena tengah mengalami recovery setelah beberapa tahun terakhir merosot.
Non performing loan (NPL) Adira Finance tercatat sebesar 1,9% per Juni 2019. Hingga akhir tahun ditargetkan NPL masih di bawah 2%.
“Selalu dalam situasi begini kami tetap masih menjual dan hati-hati dengan kualitas aset karena pasarnya masih soft. Ada yang melemah ada yang naik,” ujarnya.
Tak hanya menggenjot pembiayaan, Adira Finance juga terus melakukan efisiensi dengan tidak menambah jumlah kantor cabang yang jumlahnya sekitar 500 cabang. Perseroan juga menutup cabang yang tidak prospektif. Made mengalihkan investasinya ke beberapa unit lain seperti digital, agen, dan kerja sama dengan pihak ketiga.
Adapun outstanding pembiayaan syariah mencapai Rp4,2 triliun, tumbuh 8%. Sebagian besar pertumbuhan syariah didukung oleh pembiayaan roda dua.
“Kalau bicara outstanding, masih turun sedikit, tetapi pembiayaan barunya naik karena banyak yang lunas di buku dulu,” ujarnya.
Tahun ini, Adira Finance menargetkan pembiayaan tumbuh 5%--10% mencapai Rp42 triliun.
Portofolio pembiayaan Adira Finance lebih dari 90% ditopang oleh kendaraan roda dua dan roda empat, sementara 2%--3% sisanya berasal dari pembiayaan durable goods.
Berdasarkan data OJK, piutang pembiayaan dari seluruh kegiatan usaha multifinance mencapai Rp448,91 triliun, naik 5,03% secara tahunan. Sekitar 59,90% merupakan pembiayaan multiguna, pembiayaan investasi sebesar 30,79%, pembiayaan modal kerja 5,29%, dan sisanya merupakan pembiayaan syariah.