Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Harapan Komisi XI DPR untuk Calon DGS BI Destry Damayanti

Kemampuan berspekulasi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan perkembangan teknologi perbankan masih menjadi pekerjaan rumah bakal Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang baru.
Destry Damayanti/Facebook-Pribadi
Destry Damayanti/Facebook-Pribadi

Bisnis.com, JAKARTA -- Kemampuan berspekulasi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan perkembangan teknologi perbankan masih menjadi pekerjaan rumah bakal Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang baru.

Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Nasional Demokrat Johnny G. Plate menyatakan pekerjaan rumah bakal calon Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia yang menjadi perhatian anggota dewan adalah suku bunga acuan yang tinggi.

Johnny menyebut pada masa jabatan Mirza Adityaswara sebagai DGS BI, bank sentral sudah berhasil melalui dinamika global. Salah satunya dengan menurunkan giro wajib minimum (GWM) 6,5% menjadi 6%. Menurut dia, dalam beberapa waktu ke depan Indonesia masih harus mengantisipasi dinamika perang dagang.

"Maka setelah itu kami harapkan suku bunga bisa menjadi lebih kompetitif apalagi saat yang sama suku bunga The Fed-nya berpotensi turun," ujar Johnny di Kantor DPR RI, Rabu, (10/7/2019).

Johnny juga berharap agar Destry bisa menjalankan kerja sama kompak dan harmonis dengan segenap jajaran pejabat Bank Indonesia. Selain itu, melaksanakan dengan baik tugas stabilitas moneter dan target penambahan cadangam devisa.

"Saat ini Bank Indonesia itu mengambil langkah progresif untuk membantu posisi cadangan devisa. Cadangan devisa kita dengan melakukan kerja sama bilateral dan multilateral," tuturnya.

Jika Destry terpilih Johnny berharap pada 5 tahun mendatang kebijakan BI bisa membantu mendorong iklim investasi yang lebih baik di Indonesia.

Sesuai dengan kesepakatan dalam rapat dengan Perbanas dan Himbara, Johnny juga menyoal efisiensi perbankan harus diperhatikan oleh DGS. Sehingga net interest margin (NIM) perbankan nasional harus diimbangi juga dengan efisiensi.

"Sehingga cost of fund kita jadi lebih murah agar pembiayaan ke sektor riil bisa lebih agresif," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper