Bisnis.com JAKARTA—Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mencatatkan outstanding pembiayaan senilai Rp105,1 triliun per Juni 2019, tumbuh 1,35% dibandingkan dengan Juni 2018 senilai Rp103,7 triliun.
Kenaikan tersebut memang tidak besar lantaran LPEI tidak agresif menyalurkan pembiayaan pada tahun ini. Seperti diketahui, hingga akhir 2019, LPEI menargetkan pembiayaan hanya naik 2% mencapai Rp111,04 triliun.
Corporate Secretary LPEI Emalia Tisnamisastra mengatakan, tahun ini LPEI fokus untuk melakukan penyempurnaan bisnis meliputi penerapan manajemen risiko dan know your customer (KYC) yang lebih baik.
“Kami juga melakukan monitoring yang lebih baik atas kinerja nasabah dengan melakukan sinergi dengan perbankan dan institusi lain, antara lain dalam hal melakukan market dan trade checking sebagai bagian dari early warning signal,” katanya saat dihubungi Bisnis pekan lalu.
Di samping pembiayaan, LPEI juga terus menggenjot bisnis penjaminan melalui kerja sama dengan perbankan nasional. LPEI akan bertindak sebagai credit enhancer untuk mengatasi masalah keterbatasan batas maksimum pemberian kredit (BMPK) yang dihadapi sehingga perbankan tetap dapat melayani debiturnya.
Dari lini bisnis asuransi, Indonesia Eximbank terus melakukan pendekatan dan sosialiasi kepada eksportir yang melakukan penjualan langsung ke luar negeri untuk melakukan proteksi tagihan kepada buyer di luar negeri dengan menggunakan produk TCI (trade credit insurance) short term.
Baca Juga
“Semakin aktifnya BUMN yang mengerjakan proyek dan melakukan investasi di luar negeri, kami sedang melakukan pengembangan TCI medium long term dan pemasaran produk overseas investment insurance untuk memberikan perlindungan dan kepastian pembayaran,” ujarnya.
Selain bisnis komersial, LPEI juga tengah menjajaki pembiayaan dalam kerangka national interest account (NIA atau penugasan khusus ekspor) di antaranya pembiayaan buyers credit, modal kerja, penjaminan dan asuransi untuk beberapa proyek di beberapa negara Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan.
Proyek tersebut terdiri dari proyek pemukiman untuk kalangan kurang mampu atau social housing di Pantai Gading, proyek mixed building & tourism commercial district di Dakar, Senegal. Selain itu proyek pembangunan Zanzibar Bulk Liquid Terminal di 2 Negara Zanzibar Tanzania, proyek pabrik Vaksin di Maroko dan proyek pembangunan Steel Bridges di Sri Lanka.
“Sedangkan potensi proyek industri strategis pada 2019 dan 2020 di antaranya pembiayaan buyer’s credit dan modal kerja untuk pengadaan pesawat, kereta penumpang dan lokomotif ke Bangladesh, Laos, Sri Lanka, Senegal dan Argentina,” paparnya.