Bisnis.com, JAKARTA--Kuota penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi kian menipis. Kendati demikian, bank tengah menyiapkan skema baru, yaitu Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan atau BP2BT.
Baca Juga
Pejabat Pengganti Sementara (PGS) Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim), Ferdian Timur Satyagraha mengatakan, perseroan telah mendapatkan kuota KPR subsidi dengan skema BP2BT sebanyak 75 unit.
"Proyeksinya penyaluran akan di fokuskan kepada ASN [Aparatur Sipil Negara] yang berada di Jawa Timur karena animo dari masyarakat cukup tinggi khususnya dari kalangan ASN," katanya kepada Bisnis, pekan lalu.
Sementara, Ferdian menyampaikan, kuota KPR FLPP Bank Jatim nyaris habis. Pencapaian penyaluran KPR hingga 20 Agustus 2019 telah mencapai 84% dari total kuota sebanyak 324 unit.
Perseroan berharap penyaluran KPR komersial dapat tumbuh 15% hingga akhir tahun. Hingga Juli 2019, total penyaluran KPR subsidi Bank Jatim telah terealisasi hampir 1.000 unit.
Adapun, hingga Juli 2019, total penyaluran kredit rumah bagi MBR ini oleh Bank Jatim tercatat sebesar Rp92 miliar. Sedangkan total penyaluran KPR keseluruhan Bank Jatim hingga Juli tercatat sebesar Rp1,73 triliun.
Selain itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. bersama Unit Usaha Syariah BTN menyatakan mendapat kuota penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi sebanyak 12.000 unit dengan skema BP2BT.
Direktur Konsumer BTN Budi Satria mengatakan mengatakan kuota penyaluran KPR subsidi dengan skema FLPP perseroan telah habis pada pertengahan tahun 2019 lalu dan perseroan masih belum mendapat kuota tambahan.
Untuk itu, Bank BTN tengah menyiapkan skema BP2BT untuk tetap mendorong pertumbuhan kredit kepemilikan rumah bersubsidi tahun ini.
"Kami mendapatkan kuota BP2BT sebesar 12.000 unit. Secara pangsa pasar maka BP2BT menjadi pelengkap dari FLPP dan SSB, dan sejak dipasarkan animo masyarakat dan pengembang meningkat karena membuka peluang pasar untuk calon debitur yang tidak masuk di skema FLPP dan SSB," katanya.
Budi menjelaskan, skema BP2BT untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tersebut merupakan hasil kerja sama Pemerintah dengan Bank Dunia dan saat ini tengah disosialisasikan kepada pengembang.
Berbeda dengan skema subsidi lainnya, BP2BT meringankan subsidi uang muka hingga 40% atau dengan jumlah maksimal Rp40 juta untuk pembelian rumah tapak dan pembangunan rumah swadaya. Tingkat bunga skema ini disesuaikan dengan suku bunga kredit di tingkat pasar.
Selain itu, segmen penghasilan pemohon BP2BT dapat sampai dengan Rp6,5 juta untuk rumah tapak dan Rp8,5 juta untuk rumah susun, sedangkan FLPP dan SSB maksimal Rp4 juta.
Perseroan berharap target penyaluran KPR untuk 800.000 unit rumah bisa tercapai dengan diluncurkannya skema BP2BT.
Pada semester I/2019, penyaluran kredit BTN telah mencapai 424.863 unit rumah atau senilai Rp36,42 triliun. Realisasi tersebut setara dengan 53,1% dari target yang dicanangkan perusahaan pada tahun ini.
Di segmen subsidi, perseroan telah menyalurkan kredit perumahan untuk 328.192 unit rumah senilai Rp19,7 triliun. Untuk segmen nonsubsidi, kredit perumahan yang disalurkan mencapai 96.671 unit atau setara Rp16,72 triliun.