Bisnis.com, JAKARTA — PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia menilai peningkatan non performing loan atau NPL pada industri teknologi finansial atau tekfin peer-to-peer (P2P) lending masih dalam kondisi terkendali. Perseroan menilai peningkatan penggunaan asuransi kredit dapat membantu penekanan tingkat pinjaman bermasalah.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, NPL tekfin per Juli dari industri P2P lending tercatat sebesar 2,52%. Peningkatan pinjaman wanprestasi di atas 90 hari terjadi setelah tiga bulan sebelumnya industri berhasil menjaga skornya di bawah 2%, yakni pada April 2019 sebesar 1,63%, Mei 2019 1,57%, dan Juni 2019 1,75%.
CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menilai, kerap terjadi tren keterlambatan pembayaran pinjaman selepas hari raya lebaran, yang tahun ini jatuh pada bulan Juni. Meskipun begitu, menurut dia, tingkat NPL dari industri tersebut masih dalam kondisi terkendali.
"[NPL] ini masih managable. Di Akseleran peminjamnya usaha menengah, kecil, dan mikro [UMKM] dan ada agunannya, kami tunggu misalnya tagihan macet juga dijamin dengan aset-aset perusahaannya," ujar Ivan kepada Bisnis, Senin (9/9/2019).
Menurut dia, saat ini industri sedang menggenjot pinjaman sehingga terdapat risiko kenaikan NPL yang mengiringi. Selain itu, industri tekfin yang masih 'muda' pun menurutnya masih lumrah jika mengalami pergerakan NPL.
"Pasti ada proses naik turun [NPL], tapi dari situ credit scoring-nya membaik," ujar dia.
Baca Juga
Ivan menilai, industri perlu meningkatkan penggunaan asuransi kredit bagi para debitur sebagai salah satu langkah mitigasi risiko kenaikan NPF. Dia menurutkan, pihaknya akan menggenjot penggunaan asuransi kredit bagi para debitur Akseleran dari saat ini sekitar 15% menjadi 90%.
Meskipun berupa penawaran, pihak Akseleran optimistis hampir seluruh debitur akan setuju untuk menggunakan asuransi meskipun imbal hasil akan sedikit berkurang. "Masalahnya kalau debitur tidak ada diversifikasi [penyaluran pinjaman], saat kena [pinjaman macet] langsung bermasalah," ujar Ivan.
Dia pun menjelaskan potensi pergerakan NPL masih membayangi industri tekfin ke depannya. Oleh karena itu, pelaku usaha perlu mengantisipasi beberapa kondisi seperti cashflow industri, perkembangan credit scoring, penggunaan asuransi, serta perkembangan ekonomi makro.