Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda menyampaikan bahwa pihaknya akan meninjau pergerakan harga dan ekonomi untuk dijadikan acuan pada pertemuan kebijakan moneter Oktober 2019.
Pernyataan ini memicu spekulasi bahwa BOJ mungkin akan melakukan pelonggaran lebih lanjut.
BOJ merasa perlu untuk memperhatikan lebih dekat kemungkinan hilangnya momentum untuk mecapai target inflasi 2% karena ekonomi global yang terus melambat.
Tidak hanya berdampak terhadap BOJ, perlambatan pertumbuhan global juga mendorong The Fed dan Bank Sentral Eropa untuk menurunkan suku bunga dalam gelombang pelonggaran baru yang sejauh ini berusaha dihindari oleh BOJ.
"BOJ kali ini lebih positif untuk menambahkan stimulus jika dibandingkan dengan sikap pada pertemuan sebelumnya. Momentum inflasi belum hilang dan tidak ada kebutuhan untuk perubahan besar dalam kerangka kebijakan untuk saat ini," kata Kuroda dalam konferensi pers, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (19/9/2019).
Dia menambahkan, perubahan pada suku bunga negatif hanya salah satu dari pilihan yang dimiliki BOJ untuk melakukan pelonggaran, tetapi untuk saat ini opsi tersebut tidak menjadi prioritas bank sentral.
Sementara itu, mayoritas ekonom memperkirakan dengan benar sikap stabil bank sentral hari ini, beberapa dari mereka memproyeksikan kebijakan yang lebih rendah.
Yen menguat pascapengumuman kebijakan moneter BOJ yang menahan suku bunga sebesar -0,1%, tetapi kemudian berbalik arah dan diperdagangkan pada 108,08 per dolar AS pada pukul 16:40, waktu Tokyo, sesaat setelah pidato Kuroda.
Survei Bloomberg menunjukkan kenaikan suara dari para ekonom, sekitar 83% dari mereka mengatakan bahwa kebijakan BOJ selanjutnya adalah penambahan stimulus.