Bisnis.com, JAKARTA -- Simpanan dalam bentuk valuta asing (valas) melambat signifikan, ditunjukkan dengan pertumbuhan portofolio dana valas per Agustus 2019 yang lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tren perlambatan simpanan valas terjadi sejak kuartal kedua tahun ini. Per Agustus 2019, total portofolio dana valas di perbankan senilai Rp813,05 triliun atau tumbuh 3,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari realisasi Juni 2019, yang mengalami kenaikan sebesar 4,1 persen yoy. Bahkan, jauh di bawah pertumbuhan Maret 2019, yang mencapai 12,7 persen yoy.
Tetapi, jumlah rekening simpanan valas justru tumbuh menguat. Per Agustus 2019, ada 1,1 juta akun yang menyimpan mata uang asing, atau tumbuh 10,3 persen yoy. Realiasi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal pertama dan kedua tahun ini.
Penyebab utama melambatnya simpanan valas adalah deposito yang hanya naik 2,7 persen yoy menjadi Rp342,13 triliun. Simpanan dengan profil berjangka waktu tertentu ini berkontribusi 42,1 persen terhadap total portofolio sumber dana valas konvensional bank.
Sepanjang 12 bulan terakhir, deposito menyentuh pertumbuhan tertinggi pada kuartal I/2019, yakni 22,8 persen yoy.
Baca Juga
Sementara itu, pada periode yang sama, giro dan tabungan tumbuh menguat. Komponen dana murah tersebut mencatat pertumbuhan sekitar 4 persen secara tahunan per Agustus 2019, menguat dibandingkan capaian kuartal II/2019, yang sekitar 2 persen yoy.
Melambatnya pertumbuhan deposito mata uang asing sejalan dengan menurunnya tingkat bunga deposito valas. LPS mencatat suku bunga maksimum turun 4 basis poin (bps) ke level 0,61 persen dan 1,82 persen, tetapi suku bunga minimum naik 2 bps.
Hal tersebut merupakan respons dari kebijakan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan. Seperti diketahui, sepanjang paruh kedua tahun ini, bank sentral telah menurunkan BI-7 Days Repo Rate (BI7DRR) sebanyak 75 bps.