Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Oktober 2018, Pertumbuhan Uang Beredar Melambat

Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) hanya tumbuh 6,3 persen secara tahunan pada Oktober 2019.
Karyawati menghitung uang pecahan Rp100.000 di salah satu kantor cabang milik Bank Mandiri, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawati menghitung uang pecahan Rp100.000 di salah satu kantor cabang milik Bank Mandiri, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat pada Oktober 2019. 
 
Dilansir dari laporan yang dirilis Bank Indonesia (BI), Jumat (29/11/2019), posisi M2 pada Oktober 2019 tercatat sebesar Rp6.025,6 triliun atau tumbuh 6,3 persen secara year-on-year (yoy). Angka ini melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya, yang sebesar 7,1 persen yoy.
 
Adapun perlambatan M2 berasal dari seluruh komponennya. Komponen uang kuasi melambat dari 7 persen yoy pada September 2019 menjadi 6,1 persen yoy, dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan simpanan berjangka, tabungan, dan giro valuta asing (valas). 
 
Uang beredar dalam arti sempit (M1) juga menunjukkan perlambatan, dari 6,9 persen yoy pada September 2019 menjadi 6,6 persen yoy pada Oktober 2019, terutama bersumber dari perlambatan giro rupiah. 
 
Kemudian, surat berharga selain saham melambat dari 39,1 persen yoy pada September 2019 menjadi 33,4 persen yoy pada bulan laporan. 
 
Sementara itu, uang kartal tumbuh dari 4 persen yoy pada September 2019 menjadi 5,1 persen yoy pada Oktober 2019.
 
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan pertumbuhan M2 pada Oktober 2019 disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih serta aktiva dalam negeri bersih. 
 
BI menyatakan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih tercatat melambat, dari 2,7 persen yoy pada September 2019 menjadi 1,9 persen yoy. 
 
Sementara itu, aktiva dalam negeri bersih pada Oktober 2019 tumbuh sebesar 7,9 persen yoy. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya, yang sebesar 8,6 persen yoy. 
 
Perlambatan pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih terutama disebabkan oleh penyaluran kredit yang tumbuh lebih rendah, dari 8 persen yoy pada September 2019 menjadi 6,6 persen yoy pada Oktober 2019. 
 
Selain itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat mengalami kontraksi sebesar 10 persen yoy, lebih dalam dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya, yang sebesar 7,5 persen yoy. Perkembangan tersebut sejalan dengan peningkatan kewajiban sistem moneter kepada pemerintah pusat, terutama dalam bentuk simpanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper