Bisnis.com, JAKARTA — Perbankan optimistis bisnis aset dan dana kelolaan nasabah kaya atau wealth management (WM) akan semakin prospektif dibandingkan dengan periode 2019 lalu.
Hal itu akan didorong oleh kegiatan investasi yang akan lebih bergairah tahun ini.
Group Head Wealth Management PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Elina Wirjakusuma mengatakan tren bisnis WM pada 2019 lalu mengalami pertumbuhan positif, walaupun kondisi pasar saham tidak terlalu baik.
Segmen prioritas masih menjadi motor pertumbuhan dana pihak ketiga atau DPK, sedangkan segmen private banking lebih berkontribusi untuk pertumbuhan pendapatan komisi atau fee based income (FBI) bisnis WM.
“Sampai dengan November 2019 pertumbuhan AUM [assets under management] mencapai di atas 10% yoy, sedangkan pertumbuhan FUM [funds under management] mencapai kurang lebih 20% yoy dengan jumlah nasabah mencapai lebih dari 55.000 nasabah,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/1/2020).
Kontribusi FBI WM terhadap total FBI Bank Mandiri mencapai lebih dari 2%, termasuk FBI dari bancassurance khusus WM.
Elina berharap kondisi market sudah lebih stabil tahun ini sehingga lebih mendukung bisnis WM. Bank Mandiri menargetkan bisnis WM tumbuh di kisaran 9%-10% yoy.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi berharap Bank Mandiri dapat menjadi pemimpin pasar dalam pengelolaan nasabah WM di Indonesia dengan target pertumbuhan AUM 30% pada akhir 2020.
Sampai akhir tahun ini, perseroan memproyeksikan jumlah dana kelolaan dapat mencapai kurang lebih Rp200 triliun atau naik sebesar 9%—10% yoy.
General Manager Divisi Wealth Management BNI Widi Hantono mengatakan tren pertumbuhan bisnis WM BNI masih positif, ditopang oleh tumbuhnya investasi. Per Desember 2019, AUM WM tumbuh 11% yoy dan FUM tumbuh 9% yoy.
“Jumlah nasabah WM saat ini sudah mencapai 83.000 nasabah. Untuk tahun ini kami menargetkan pertumbuhan bisnis sebesar 12% yoy lebih tinggi dari pertumbuhan tahun lalu,” katanya.
Widi menambahkan untuk FBI perseroan menargetkan tumbuh 20% yoy, lebih agresif dari tahun sebelumya.
Sementara itu, untuk FBI secara keseluruhan kontribusi sepanjang 2019 sebesar Rp350 miliar.
Dengan perolehan itu bisnis pengelolaan aset dan dana nasabah tajir ini sudah menyumbang 3% dari total FBI perseroan.
Head of Wealth Management & Client Growth PT Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan bisnis WM pada 2019 cenderung tumbuh stagnan. Dia memproyeksikan pertumbuhan bisnis tersebut hanya mampu tumbuh sekitar 2% hingga akhir 2019.
Perlambatan pertumbuhan secara umum dipengaruhi oleh kinerja reksa dana saham yang kurang baik akibat perang dagang. Kendati segmen lainnya, seperti obligasi masih tumbuh positif, tetapi tidak mampu mendongkrak pertumbuhan.
Meski demikian, Ivan menyatakan optimis WM pada 2020 akan meningkat signifikan, yang didorong oleh reksa dana saham.
Sementara itu, segmen obligasi dirediksi tidak akan sebaik 2019 seiring dengan suku bunga yang diperkirakan masih akan mengalami penurunan.
Ivan mengatakan perseroan optimis menargetkan pertumbuhan AUM mencapai 10%—15% yoy pada 2020.
Namun, lanjutnya, dengan kemudahan akses lewat digitalisasi, yakni dengan aplikasi SmartWealth, tidak tertutup kemungkinan dana kelolaan nasabah kaya Bank Commonwealt dapat meningkat hingga 20%.
Adapun, per November 2019, perseroan mencatat AUM sebesar Rp30 triliun. Bisnis dana kelolaan nasabah kaya di Bank Commonwealth berkontribusi besar dalam menyumbang pendapatan komisi yang tumbuh 7% per November 2019 secara year-to-date (ytd).