Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung mampu menekan rasio kredit bermasalah di sektor produktif sepanjang tahun lalu.
Direktur Pemasaran BPD Sumsel Babel Antonius Prabowo Argo mengatakan sepanjang 2019 rasio non performing loan (NPL) gross kredit produktif perseroan justru turun secara tahunan sebesar 130 basis poin (bps).
“[NPL gross kredit produktif] menjadi sekitar 4,26 persen, turun dari 5,5 persen tahun lalu [2018],” ujar Antonius kepada Bisnis, Rabu (29/1/2020).
NPL nett BPD Sumsel Babel juga turun dari 4,27 persen pada 2018 menjadi 2,06 persen di 2019. Antonius menyebutkan pihaknya dapat menekan rasio NPL kredit produktif karena mulai selektif dalam menyalurkan pembiayaan.
Selain itu, BPD Sumsel Babel juga mempercepat penyelesaian kredit bermasalah dengan penagihan dan lelang agunan. “Penyebab NPL kredit produktif sulit ditekan biasanya karena ketidakpastian kondisi ekonomi makro dan penyelesaian kredit bermasalah yang butuh waktu,” tuturnya.
Pada 2020 perseroan menargetkan porsi kredit produktif mereka bisa meningkat hingga di atas 25 persen. Hingga akhir 2019, rasio kredit produktif perseroan masih di kisaran 23 persen.
Baca Juga
Merujuk Peraturan OJK nomor 17/POJK.03/2018 tentang perubahan POJK Nomor 6/POJK/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti, rasio kredit produktif BPD Sumsel Babel masih jauh dari ideal.
Beleid ini mengatur, Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I harus menyalurkan pembiayaan produktif paling rendah 55 persen dari total portofolio. Sementara itu, BUKU II 60 persen dari total kredit, BUKU III 65 persen, dan BUKU IV paling rendah 70 persen. BPD Sumsel Babel hingga kuartal III/2019 tercatat masuk kelompok BUKU II karena memiliki modal inti sekitar Rp3,17 triliun.