Bisnis.com, JAKARTA - Transformasi digital mendongkrak laba bersih PT Bank Mandiri Syariah sepanjang tahun lalu.
Pada akhir tahun lalu, BSM membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 110,68 persen secara tahunan menjadi Rp1,28 triliun.
Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari mengatakan kenaikan laba tersebut ditopang oleh pendapatan margin dan fee based income yang disumbang dari transformasi bisnis digital.
Sepanjang 2019 perseroan melakukan transformasi digital dalam bentuk peluncuran fitur pembukaan rekening online, digital branch, memperkaya fitur digital channel seperti tarik tunai tanpa kartu ATM, fitur-fitur pembelian, pembayaran termasuk QRIS, dll.
Dari situ, anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatatkan kenaikan pendapatan nonbunga sebesar 17,69 persen dari Rp1,60 triliun per Desember 2018 menjadi Rp1,89 triliun per Desember 2019.
"Indikator bisnis BSM secara keseluruhan seperti aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dengan kualitas baik, dan margin juga naik signifikan," katanya, Senin (17/2/2020).
Baca Juga
Pembiayaan perseroan tumbuh 11,50 persen dari Rp67,75 triliun per Desember 2018 menjadi Rp75,54 triliun per Desember 2019. Dari seluruh produk pembiayaan konsumer, produk Kendaraan Berkah mencatatkan pertumbuhan tertinggi dengan kenaikan 84,53 persen secara tahunan menjadi Rp2,85 triliun per Desember 2019.
Menurutnya, pertumbuhan pembiayaan tersebut juga disertai perbaikan rasio kredit bermasalah. BSM mencatatkan indikator penurunan non-performing financing (NPF) nett sebesar 56 basis poin dari 1,56 persen menjadi 1,00 persen per Desember 2019. Sementara itu, NPF gross turun 84 bps dari 3,28 persen menjadi 2,44 persen.
"Pertumbuhan pembiayaan memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan pendapatan margin bagi hasil bersih yang tumbuh 6,95 persen yoy menjadi Rp5,27 triliun per Desember 2019," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Finance, Strategy and Treasury Mandiri Syariah Ade Cahyo Nugroho mengungkapkan sampai dengan Desember 2019 dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BSM tumbuh 14,10 persen menjadi Rp99,81 triliun pada Desember 2019. Dari total dana tersebut, porsi low cost fund mencapai 54,38 persen.
Pertumbuhan dana murah tersebut ditopang oleh tabungan yang naik 13,49 persen dari semula Rp35,07 triliun per posisi Desember 2018 menjadi Rp39,80 triliun per posisi Desember 2019.
Perolehan DPK menjadikan aset Mandiri Syariah per akhir Desember 2019 mencapai Rp112,29 triliun atau naik 14,19 persen dari Desember 2018 yang sebesar Rp98,34 triliun.
"Atas pencapaian seluruh indikator bisnis diatas, Mandiri Syariah mencatatkan kenaikan signifikan pada rasio laba terhadap ekuitas (return on equity/ROE) di level 15,65 persen per Desember 2019," katanya.