Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat suku bunga kredit dan simpanan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diproyeksikan masih akan terus melanjutkan tren penurunan akibat dampak dari kondisi global dan wabah virus corona.
Direktur Utama BPR Citra Dumoga di Manado Vecky Palit mengatakan pengaruh krisis ekonomi akibat kasus virus corona dan perang dagang mengakibatkan pelemahan daya serap kredit, sehingga bank masih akan mempertimbangkan menurunkan tingkat suku bunga.
Alhasil, margin bunga bersih bank (net interest margin/NIM) pada tahun ini pun diproyeksikan akan sedikit tergerus.
"Akibat krisis ekonomi tersebut, bank-bank menawarkan kredit dengan suku bunga lebih rendah untuk mendapatkan debitur yang memiliki usaha stabil, akibatnya juga dampaknya ke NIM menjadi lebih kecil," katanya kepada Bisnis, Kamis (5/3/2020).
Vecky menjelaskan virus corona mengakibatkan China, yang menjadi importir utama produk-produk komoditas Sulawesi Utara, seperti kopra dan perikanan, menjadi terhambat.
Di samping itu, sektor pariwisata di Sulawesi Utara juga mengalami penurunan karena sebagian besar turis mancanegara berasal dari China. Akibatnya, daya serap kredit untuk sektor-sektor tersebut turun.
Vecky mengutarakan saat ini rata-rata suku bunga dana pihak ketiga, yakni tabungan berada pada level 4 persen p.a. dan deposito berada pada level 6,5 persen - 8,5 persen tergantung pada jangka waktu penempatan. Tren suku bunga simpanan bank selalu mengikuti tren penurunan suku bunga acuan LPS.
Sementara bunga kredit sekitar 8,5 persen - 18 persen, berbeda berdasarkan jenis kredit.
Dari sisi kinerja, kredit dan DPK BPR Citra Dumoga tumbuh di kisaran 10 persen pada 2019. Pendorong utama kredit berasal dari sektor infrastruktur, pengadaan alat berat, serta modal kerja proyek-proyek infrastruktur.
Pada segmen konsumer, kredit ditopang oleh segmen pensiunan dan ASN. Sementara kredit UMKM dikontribusi oleh sektor pertanian.
"Sektor-sektor ini tetap akan jadi andalan Bank Citra Dumoga untuk tahun ini, yang sesuai RBB 2020 kami targetkan kredit tumbuh sekitar 12 persen," kata Vecky.
Sementara itu, Direktur Utama BPR Supra Artapersada Andi Gunawan mengatakan penurunan suku bunga kredit bukan suatu hal yang sederhana. Namun, perseroan juga akan terus memantau kondisi pasar dan dan meningkatkan kemampuan internal guna terus menurunkan suku bunga kredit.
"Suku bunga industri turun, dan kami juga demikian. Posisi suku bunga kredit kami di kisaran 11 persen hingga 22 persen. Kami masih lihatlah untuk penurunan ke depan," katanya, Kamis (5/3/2020).
Dia mengatakan kondisi pasar pembiayaan BPR saat ini cukup menantang. Banyak BPR yang rela memangkas NIM dan menurunkan suku bunga kredit.
Meski perseroan melakukan hal yang sama, tetapi hal itu diikuti dengan penurunan suku bunga deposito agar pendapatan bunga masih dapat dijaga.
"Di luar itu kami juga terus mencoba untuk meningkatkan tabungan atau dana murah, meski pun itu juga tidak mudah," katanya.
Berdasarkan laporan September 2019, total kredit perseroan mencapai Rp610 miliar, sedangkan dana pihak ketiga mencapai Rp668 miliar. Porsi deopisto dari DPK mencapai 84,5 persen.