Bisnis.com, JAKARTA-- Keputusan Aviva, grup asal Inggris menjual seluruh sahamnya di PT Asuransi Astra Aviva Life dan hengkang dari Indonesia, dinilai karena kinerja industri asuransi jiwa di tanah air belum semenarik bank.
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Kapler A. Marpaung memaparkan dirunut dalam 5 tahun terakhir data industri asuransi di Indonesia memang tumbuh. Meski begitu, jika dibedah per perusahaan, data yang tersaji akan jauh berbeda
"Baik dari premi, aset, dan investasi tumbuh, artinya secara nasional bagus kinerjanya. Namun memang kalau kita coba analisa satu per satu kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa berdasarkan laporan keuangannya, ada kinerja yang kurang menarik, misalnya masalah ROI [return on investment] dan ROA [return in asset]," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (8/3/2020).
Sementara itu, sejumlah pemilik modal yang ingin berinvestasi ke industri asuransi, akan mengacu kepada rasio ROI dan ROA dari masing-masing perusahaan. Anggota kehormatan asosiasi pialang asuransi itu menyebutkan bahkan ROI dari sejumlah perusahaan asuransi jiwa di Tanah Air rata-rata masih di bawah tingkat suku bunga bank.
"Artinya perusahaan [asuransi] tidak mampu menghasilkan laba usaha di atas tingkat suku bunga bank," ujarnya.
Sebelumnya, pada Jumat (6/3/2020) waktu Inggris, Aviva Plc, mengumumkan akan melepas seluruh sahamnya di Astra Life. Pelepasan ini sekaligus membuat perusahaan keluar dari Indonesia.
Baca Juga
“Transaksi ini diperkirakan akan selesai pada kuartal IV/2020,” jelas Sarah Swailes, Group Financial and Corporate Communications Aviva dalam keterangan resminya, yang dikutip Minggu, (8/3/2020).
Lebih lanjut disebutkan pembeli kepemilikan Aviva adalah Astra Internasional (ASII). Aviva juga memutuskan tidak memperpanjang investasinya di Indonesia. Perusahaan akan keluar dengan seluruh dana yang diraihnya dari penjualan ini. Meski begitu perusahaan tidak menyebutkan besaran nilai penjualan dalam transaksi ini.
Adapun Astra Life merupakan perusahaan patungan antara grup Astra dan grup Aviva dari Inggris. Dua konglomerasi raksasa ini menguasai saham perusahaan dengan komposisi sama besar yakni 50:50. Perusahaan patungan ini resmi beroperasi pada Agustus 2014 lalu.