Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivitas Dunia Usaha Masih Lesu, Bank Sulit Salurkan Kredit Sindikasi

Pelaku industri perbankan mulai kesulitan melakukan ekspansi kredit sindikasi pada awal tahun ini dan berencana merevisi targetnya.
Ilustrasi - Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi - Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri perbankan mulai kesulitan melakukan ekspansi kredit sindikasi pada awal tahun ini dan berencana merevisi targetnya.

Kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian diperkirakan akan membuat penyaluran kredit sindikasi ini kembali tertekan tahun ini. Berdasarkan data Bloomberg, total kredit sindikasi pada kuartal pertama tahun ini tercatat US$2,16 miliar, turun 55,27 persen dari periode sama tahun lalu US$4,83 miliar.

Tren ini melanjutkan penurunan kredit sindikasi yang pada tahun lalu tercatat turun 23,59 persen secara tahunan.

Direktur Utama LPPI (Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia) Mirza Adityaswara kredit sindikasi merupakan bagian dari permintaan pembiayaan korporasi yang saat ini sangat terdampak dari pelemahan ekonomi akibat pandemi virus corona.

“Dalam situasi di mana outlook pertumbuhan ekonomi turun tahun 2020 dari semula 5,1 persen menjadi 2,3 persen, maka artinya aktivitas dunia usaha menurun drastis sehingga permintaan kredit [termasuk sindikasi] tentu sangat lemah,” katanya kepada Bisnis, Rabu (29/4/2020).

Kalau pun ada permintaan, dia menuturkan perbankan akan mengambil posisi selektif guna tidak meningkatkan eksposur risiko.

“Semoga penularan Covid-19 segera mereda dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dapat segera berakhir di awal Juni sehingga aktivitas ekonomi dapat mulai berjalan dan permintaan dan penyaluran kredit kembali mengalir. Bagaimanapun situasinya sama ke setiap segmen kredit,” ujarnya.

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. mengungkapkan perseroan masih mencatat pertumbuhan kredit sindikasi yang cukup baik pada awal tahun in yang disalurkan perseroan ke berbagai proyek. 

“Kredit sindikasi pada awal tahun ini masih cukup bagus. Posisi Maret 2020 menjadi Rp2,8 triliun, naik 79,8 persen secara tahunan,” katanya.

Sebagai informasi, meski terlihat progresif, tetapi pertumbuhan ini sudah mulai melambat dari tahun lalu yang sempat mencapai pertumbuhan lebih dari 100 persen.

Hanya saja, Ferdian menuturkan perseroan pun melihat ada kecenderungan perlambatan penyaluran kredit sindikasi hingga akhir tahun.

“Lagi kami analisa jika ada perubahan disesuaikan direvisi dalam rencana bisnis bank. Namun, yang jelas proyek sindikasi bersama bank Himbara masih berjalan,” katanya.

Sementara itu, Direktur Wholesale Banking PT Bank Permata Tbk. Darwin Wibowo mengatakan mengatakan kondisi awal tahun sudah tergolong berat.  Perseroan pun bahkan tengah mempersiapkan revisi target kredit termasuk untuk sindikasi tahun ini.

“Kalau data kredit masih belum bisa disclose karena masih dihitung,” katanya.

Adapun, laporan keuangan perseroan menyebutkan porsi keikutsertaan Bank Permata sebagai anggota maupun arranger dalam kredit sindikasi pada tahun lalu berkisar antara 1,07 persen sampai dengan 70,00 persen dari setiap fasilitas kredit sindikasi pada Desember 2019. Porsi itu sedikit berkurang dari tahun sebelumnya di mana keikutsertaan Bank Permata mencapai 2,6 persen hingga 100% dari setiap fasilitas kredit sindikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper