Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyatakan bahwa valuasi pasar terhadap saham perseroan saat ini masih terlalu rendah dan belum mencerminkan fundamental perusahaan yang sebenarnya.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan menyatakan bahwa harga saham perusahaan di pasar saat ini tidak mencerminkan kinerja perseroan yang sebenarnya cukup positif pada kuartal I/2020.
“Dalam konteks Bank Mandiri, kami melihat harga saham BMRI saat ini belum merefleksikan fundamental dari kinerja baik perseroan,” katanya kepada Bisnis, Rabu (10/6/2020).
Dia menjelaskan, per akhir Maret, perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 14,2 persen menjadi Rp902,7 triliun. Sejalan dengan fungsi intermediasi tersebut, laba bersih perseroan juga masih dapat tumbuh 9,4 persen menjadi Rp7,9 triliun.
“Untuk itu, dalam jangka panjang, kami akan fokus menjaga kualitas aset sambil berusaha menjaga kemampuan ekonomis nasabah melalui pelaksanaan Peraturan OJK No. 11/POJK.03/2020 Tahun 2020,” katanya.
Dia mengatakan bahwa penguatan IHSG dalam beberapa pekan terakhir merupakan buah dari membaiknya risk appetite investor, baik global maupun domestik. Membaiknya persepsi investor tersebut tak lain disebabkan oleh relaksasi pembatasan sosial di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Baca Juga
Sentimen positif tersebut menjadi pendompleng IHSG dalam beberapa waktu terakhir. Menurutnya, kini investor lebih optimistis terhadap potensi pemulihan ekonomi Indonesia dan dunia yang bisa jadi lebih cepat daripada perkiraan awal.
Pada penutupan perdagangan Rabu (10/6/2020), saham BMRI mengalami koreksi 6,92 persen ke level Rp4.910 per saham. Padahal, pada sehari sebelumnya BMRI masih bisa menguat 0,5 persen ke level Rp5,200 per saham.
Meski begitu, dalam sebulan terakhir, secara kumulatif BMRI telah menguat 18,03 persen. Namun, pada periode tersebut, investor asing justru mencatatkan jual bersih sebesar Rp401,2 miliar.