Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia kembali menegaskan ruang penurunan suku bunga acuan masih sangat terbuka, meski telah dipangkas menjadi 4,25 persen pada Juni 2020 lalu.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan suku bunga acuan masih bisa kembali turun sepanjang inflasi dan nilai tukar rupiah terjaga stabil.
Dia memandang upaya ini dapat mendorong ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19. Pasalnya, pertumbuhan kredit dan pembiayaan masih lemah.
Per Mei 2020, kredit perbankan tercatat hanya tumbuh 3,04 persen secara tahunan, sementara dana pihak ketiga tumbuh jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 8,8 persen secara tahunan.
"Dengan likuiditas yang besar, pertumbuhan kredit masih tumbuh di kisaran yang rendah, kredit hanya tumbuh 3,04 persen yoy sementara DPK tumbuh 8,8 persen," katanya, Jumat (3/7/2020).
Dody menilai, pertumbuhan kredit 3 persen ini memang menggambarkan permintaan yang masih lemah. Namun jika dibandingkan dengan kapasitas likuiditas yang dimiliki perbankan saat ini, pertumbuhan kredit masih sangat rendah.
Baca Juga
"Tetapi melihat likuiditas yang sangat besar ini menjadi tantangan bagaimana kredit bisa tumbuh. Tentu harus ada permintaan sektor riil, jadi BI terus bersinergi dengan pemerintah mendorong sektor riil," katanya.
Di samping itu, Dody juga menyoroti penurunan suku bunga perbankan masih relatif rendah. Sejak medio 2019 lalu, BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 175 basis poin (bps), sementara bunga kredit bank hanya turun 69 bps.