Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Berharap Kredit Bisa Tumbuh 5 Persen Tahun Ini

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) penyaluran kredit pada Mei 2020 hanya tumbuh 3,04 persen.
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Meski berat, pemerintah masih berharap pertumbuhan kredit masih dapat menyentuh 5 persen pada tahun ini.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya masih menyimpan harapan akselerasi kredit pada paruh kedua 2020.

Pemerintah pun sudah membekali bank pelat merah dan bank daerah dengan penempatan dana, sekaligus penjaminan kredit untuk segmen UMKM, dan korporasi.

"Ini situasi ekonmi tidak normal. Kalau normal itu 8 persen sampai 10 persen. Saat ini, 4 persen sampai 5 persen sudah sangat bagus secara nasional," katanya, Rabu (29/7/2020).

Tiko, sapaan akrab Kartika, melanjutkan walaupun berharap kredit bisa tumbuh 5 persen, pemerintah tetap tidak ingin perbankan mengambil langkah agresif dan membuat risiko kredit bermasalah yang justru membenankan ekonomi ke depan.

"Jadi pertumbuhan yang moderat itu, memang ini align dengan risk perbankan, kami juga tidak ingin peningkatan risiko yang berlebihan," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) penyaluran kredit pada Mei 2020 hanya tumbuh 3,04 persen. Kredit pada periode tersebut terendah sejak 1998 dengan pelemahan terjadi di seluruh jenis penggunaan.

Sebaliknya, DPK justru mengalami pertumbuhan positif yakni sebesar 8,87 persen pada Mei 2020. Peningkatan DPK didorong oleh masuknya aliran dana asing pasca stimulus moneter global. DPK tumbuh stabil dengan kenaikan pada deposito dan giro.

Meskipun demikian, profil risiko kredit yang semakin memburuk di masa pandemi memang tidak bisa dielakkan.

Per Mei 2020, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) perbankan mencapai 3,01 persen (gross) dan 2,09 persen (nett). Meskipun risiko masih dibawah threshold sebesar 5 persen, pertumbuhan restrukturisasi kredit terpantau naik signifikan, mayoritas merupakan restrukturisasi kol-1.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper