Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPD Bali Dorong QRIS di Destinasi Wisata, Incar 10.000 Merchant Tahun 2020

Adapun BPD Bali mulai mendorong pengaplikasian standar nasional kode respons cepat atau Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) pada akhir 2019. Dari target 10.000 merchant pada tahun 2020, hingga saat ini sudah ada 7.061 merchant dengan jumlah transaksi mencapai 6 miliar yang mengaplikasikan QRIS.
BPD Bali
BPD Bali

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Bali mendorong pengaplikasian standar nasional kode respons cepat di tempat wisata. Bahkan, BPD Bali juga berniat mengembangkan aplikasi QRIS yang dapat dimanfaatkan wisatawan mancanegara yang berlibur di Bali.

Adapun BPD Bali mulai mendorong pengaplikasian standar nasional kode respons cepat atau Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) pada akhir tahun lalu. Hingga saat ini sudah ada 7.061 merchant dengan jumlah transaksi mencapai 6 miliar yang mengaplikasikan QRIS.

Tahun ini, BPD Bali menargetkan ada sebanyak 10.000 merchant yang mengaplikasikan QRIS. BPD Bali memiliki 33.000 nasabah UMKM yang akan menjadi sasaran pengaplikasian QRIS. BPD Bali akan menawarkan bunga kredit yang rendah bagi nasabah yang akan mengaplikasikan QRIS.

Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Bali I Nyoman Sudharma mengatakan nilai transaksi QRIS terbesar di BPD Bali terjadi pada pengurusan dokumen kendaraan bermotor atau samsat dengan porsi 80%. Sementara itu, dari jumlah, transaksi QRIS di toko ritel memiliki porsi mencapai 50%. Saat ini sejumlah tempat suci yakni Pura di Bali juga menggaplikasikan layanan QRIS.

Sebagai destinasi wisata, lanjutnya, BPD Bali mendorong pengaplikasian QRIS di sejumlah objek wisata. Teranyar, BPD Bali telah mengaplikasikan QRIS di Pantai Pandawa, Badung Selatan dan Daya Tarik Wisata (DTW) Kawasan Luar Pura Uluwatu.

Nyoman menilai pengaplikasian QRIS penting dilakukan di destinasi wisata karena akan meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah dalam mengelola anggaran. Hal ini sekaligus sebagai upaya menghindari friksi-friksi dalam pengelolaan keuangan daerah.

"Sementara masih besar di samsat dan ritel, kalau wisata buka luar biasa akan booming, destinasi yang paling sering dikunjungi kita digitalisasi," katanya kepada Bisnis, Kamis (3/9/2020).

Di sisi lain, BPD Bali juga mampu mengoptimalkan pendapatan berbasis biaya dan komisi atau fee based income (FBI). Hingga saat ini FBI dari transkasi menggunakan mobile banking masih jauh lebih rendah daripada ATM.

Meskipun demikian, perolehan FBI belum bisa menggantikan pendapatan bunga bersih di BPD Bali. Fungsi intermediasi yang masih berjalan di tengah pandemi dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 86,19% tetap menjadikan perolehan net interest margin (NIM) tumbuh optimal.

Berdasarkan laporan keuangan semester I/2020, BPD Bali membukukan perolehan NIM sebesar 6,57%. LDR BPD Bali meningkat dibandingkan posisi semester I/2019 yang sebesar 83,88% menjadi 86,19% pada semester I/2020.

Nyoman pun optimistis pengaplikasian QRIS pada sektor pariwisata akan meningkat seiring dengan pembukaan kembali aktivitas ekonomi. Apalagi setiap hotel saat ini uga diwajibkan untuk menyediakan pembayaran QRIS.

"Adanya pembatasan sosial berskala besar sejak Mei membuat tidak ada aktivitas ekonomi, kemudian memang ini harus bergerak semua bupati sampai walikota agar semua masyarkat bisa pakai QRIS. Kalau semua begitu pemakai QRIS akan booming lagi, karena transaksi sehat," sebutnya.

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan jumlah merchant yang mengaplikasikan QRIS meningkat cukup signifikan yakni mencapai 370% dari 1.170 merchant saat awal peluncuran menjadi 4,5 juta merchant per 28 Agustus 2020. Dari jumlah merchant yang mengaplikasikan QRIS tersebut, sebanyak 86% diantaranya merupakan pelaku UMKM.

Pengaplikasian QRIS telah didorong oleh 24 bank dan 20 nonbank. Volume transaksi QRIS per Juli 2020 telah mencapai 9,59 juta dengan nominal transaksi mencapai Rp707,6 miliar.

"QRIS tahap pertama adalah transaksi domestik dengan merchant presented mode, ke depan customer presented mode dan tahap selanjutnya kita sudah bicara dengan India, Thailand, dan Arab Saudi agar QRIS kita bisa dibaca di luar negeri begitu juga sebaliknya," katanya.

Sebelumnya, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mengaku saat ini sedang mengembangkan metode QR Code Indonesia Indonesian Standard (QRIS) berbasis consumer dan cros border.

Ketua ASPI Anggoro Eko Cahyo mengatakan saat ini sudah mulai mengembangkan QRIS untuk konsumen yang bernama consumer-presented mode (CPM). Dalam sistem ini, konsumen yang akan menampilkan QR Code pembayaran untuk dipindai oleh penjual atau merchant ketika melakukan transaksi pembayaran. Saat ini metode QRIS yang berlaku adalah merchant presented mode (MPM) sehingga cutomer yang akan melakukan pemindaian.

Terkait pariwisata, ASPI dengan Bank Indonesia, juga mengembangkan QR cross border sehingga memudahkan wisatawan asing untuk melakukan pemindaian. Saat ini QR cross border tersebut baru pilot project di Thailand.

"QRIS ke depan tidak hanya offline tetapi juga akan online, paling tidak UMKM bisa go global, kami siap untuk dukung," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper