Bisnis.com, JAKARTA - PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) menerima pendanaan senilai Rp10,26 triliun yang berasal dari lima bank global.
Direktur Utama PT SMI Edwin Syahruzad mengatakan bahwa fasilitas ini merupakan pinjaman sindikasi offshore terbesar yang pernah diperoleh perseroan dari mitra perbankan.
"Perjanjian ini juga menjadi sinyal bahwa sektor pembangunan infrastruktur memiliki daya tahan atau resilience sehingga akan terus menjadi sektor strategis di Tanah Air, meskipun di tengah ancaman resesi ekonomi," ujarnya, Kamis (10/9/2020).
Proses perolehan fasilitas didukung oleh beberapa Mandated Lead Arrangers & Bookrunners (MLAB) yang terdiri dari MUFG Bank Ltd, United Overseas Bank (UOB), Standard Chartered Bank, Bank of China (Hong Kong), dan CTBC Bank Co., Ltd.
Sebelumnya, target awal pinjaman sebesar US$500 juta dengan opsi greenshoe sebesar US$200 juta. Dengan permintaan yang tinggi, PT SMI berhasil mendapatkan total pinjaman sindikasi senilai US$700 juta meskipun di tengah kondisi pelemahan ekonomi karena pandemi Covid-19.
Adapun rencana penggunaan dana pinjaman sindikasi ini adalah untuk refinancing dan memenuhi kebutuhan pembiayaan baru yang diperuntukkan bagi pembangunan proyek-proyek infrastruktur.
Dengan demikian, struktur asset liability management perusahaan akan menjadi lebih baik dan sehat. SMI pun berharap keberlanjutan pembangunan infrastruktur dapat menjadi pemicu untuk membangun kembali perekonomian pada fase pemulihan dari pandemi.
Edwin mengungkap bahwa berbagai proyek dari berbagai sektor yang telah difasilitasi PT SMI telah memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang besar.
Buktinya, hingga Juli 2020, PT SMI mampu memberikan efek pengganda hingga 6,79 kali dari total komitmen dan 22,22 kali dari modal disetor.
"Hal tersebut sejalan dengan visi PT SMI sebagai special mission vehicle (SMV) di bawah koordinasi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan mendukung percepatan penyediaan infrastruktur di Indonesia dengan fasilitas pembiayaan yang kreatif dan inovatif dan memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat di Indonesia," tambahnya.
Dalam situasi perekonomian saat ini, PT SMI kembali membuktikan performanya dalam menarik investor asing ke dalam sektor infrastruktur.
Dengan total aset Rp79,8 triliun dan total ekuitas Rp37 triliun, total nilai proyek yang dibiayai oleh PT SMI hingga Juli 2020 mencapai Rp678,16 triliun dengan total komitmen Rp99,9 triliun dan total outstanding Rp65,8 triliun.
PT SMI telah menghimpun dana dari berbagai sumber yang berasal dari pasar modal, perbankan, dan institusi internasional. Sejak 2014, PT SMI aktif menerbitkan obligasi dan mendapat respons yang baik dan beberapa kali oversubscribed, baik dari investor lokal maupun asing.
Fasilitas pinjaman kali ini pun merupakan pinjaman sindikasi kedua yang diperoleh PT SMI, setelah yang pertama sebesar US$175 juta yang diperoleh PT SMI pada 2014.
Dengan total obligasi yang diterbitkan mencapai Rp29 triliun, PT SMI menjadi emiten dengan outstanding obligasi korporasi terbesar ke-4 di Indonesia.
"Dari total obligasi outstanding sebesar Rp23 triliun, 20 persen di antaranya dimiliki oleh investor asing sehingga menegaskan kepercayaan investor terhadap Indonesia sangat tinggi, khususnya pada PT SMI dan sektor infrastruktur," jelas Edwin.
Terkini, Edwin menjelaskan dalam waktu dekat pihaknya masih akan fokus menjalankan amanat pemerintah dalam memfasilitasi pembangunan di daerah oleh para kepala daerah dan mengejar target penyaluran pembiayaan perusahaan pada awal 2020, yang diputuskan tidak direvisi walaupun sempat terdampak pandemi Covid-19.