Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRI Proyeksi Ada Debitur Restrukturisasi Gagal, Pencadangan sampai 250 Persen

Hingga 31 Agustus 2020, BRI telah melakukan restrukturisasi kredit pada debitur terdampak Covid-19 senilai Rp189,1 triliun dengan jumlah 2,9 juta debitur.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso menjawab pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso menjawab pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. memproyeksi ada 2,1 persen debitur restrukturisasi yang akan jatuh dan tetap tidak bisa ditolong.

Hingga 31 Agustus 2020, BRI telah melakukan restrukturisasi kredit pada debitur terdampak Covid-19 senilai Rp189,1 triliun dengan jumlah 2,9 juta debitur.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan dengan proyeksi debitur gagal tersebut, perseroan selalu membentuk biaya pencadangan yang lebih tinggi. Hal tersebut terlihat dari perolehan laba BRI per semester I/2020 yang senilai Rp10,2 triliun karena pencadangan yang tinggi.

Padahal, menurutnya, perseroan bisa membukukan laba lebih tinggi lagi. Namun, BRI memilih untuk memupuk biaya pencadangan agar memiliki bantalan saat tahun depan risiko kredit semakin meningkat.

"Saya akan tetap hati-hati sampai Desember NPL 100 persen, 250 persen pencadangan kami. Kalau sampai tahun depan terjadi risiko, kami sudah ada bantalan," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi XI, Jumat (18/9/2020).

Menurutnya, jika ternyata kualitas kredit tidak seburuk yang diperkirakan, perseroan bisa menarik biaya pencadangan tersebut ke laba.

"Kalau tidak, kami ambil untuk masuk ke laba," sebutnya.

Adapun, pada semester I/2020, BRI membukukan total laba bersih senilai Rp10,2 triliun (secara konsolidasi). Perolehan laba tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang senilai Rp16,16 triliun.

Kondisi tersebut lantaran adanya tekanan di sisi pendapatan bunga dan beban bunga yang masih relatif stagnan. Pendapatan bunga rupiah tercatat sebesar Rp54 triliun, turun dari periode sama tahun lalu Rp57 triliun, sedangkan beban bunga rupiah masih bertahan di kisaran Rp17 triliun.

Kenaikan rasio kredit bermasalah BBRI masih dapat dikendalikan. Rasio nonperforming loan (NPL) gross BBRI terpantau naik 63 basis poin secara tahunan menjadi 2,98 persen dari sebelumnya 2,35 persen. Sementara itu NPL net terpantau turun menjadi 0,77 persen dari sebelumnya 1,12 persen.

Dari sisi fungsi intermediasi, BBRI mencatatkan penyaluran kredit senilai total Rp886,91 triliun meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp877,44 triliun. Selain itu ada juga pembiayaan syariah sebesar Rp35,00 triliun.

Adapun, jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun BBRI hingga akhir semester I/2020 tercatat sebesar Rp1.045 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper