Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Permintaan Kredit Sudah Seret, Risiko pun Menanjak

Pandemi Covid-19 membuat penyaluran kredit dan pembiayaan melemah, begitu pun dengan kemampuan bayar debitur.
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang di cash center Bank BNI, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Pefindo Biro Kredit melaporkan portofolio kredit pada pertengahan paruh kedua tahun ini menurun dan diikuti dengan kenaikan tingkat risiko.

Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengatakan pandemi membuat banyak sektor ekonomi terdampak. Hal ini juga memberi dampak pelaku indsutri keuangan yang menjadi penyalur pembiayaan.

"Saat ini kita menghadapi masalah kesehatan dan ekonomi akibat pandemi. Pandemi ini berdampak pada semua sektor, temasuk pada pembiayaan perkreditan. Ini juga mempengaruhi kemampuan bayar dan NPL. Bank pun cenderung membatasi kinerja dan terus berupaya menjaga peningkatan risiko kredit," katanya dalam webinar Idscore, Kamis (15/10/2020).

Berdasarkan data kelolaan Pefindo, nilai portofolio kredit anggota dari bank umum, bank daerah, dan bank perkreditan rakyat, dan perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp3.335 triliun pada Agustus 2020, turun dari Februari 2020 Rp4.010 triliun.

Sementara itu, portofolio kredit total per Agustus 2020 mencapai Rp6.033 triliun ini mengalami penurunan 12 persen dari Februari 2020.

Namun, dia melanjutkan tren ini masih sangat terjaga seiring dengan portofolio bulanan anggota senilai Rp3.347 triliun, atau total Rp6.145 triliun.

Dari sisi rasio kredit bermasalah atau NPL anggota Pefindo tercatat sebesar 3,81 persen, naik dari Februari 2020 yang sebesar 2,81 persen. Sementara, rasio NPL total per Agustus 2020 tercatat 4,08 persen, naik dari Februari 2020 yakni 2,81 persen.

Yohanes malenjutkan pandemi ini membuat kemampuan bayar debitur turun, terlihat dari komposisi risk grade.

Sebagai catatan, perubahan sebaran risk grade dengan kategori high dan very high tercatat sangat tinggi, dan masih terus meningkat.

Kategori high dan very high risk masih tergolong tinggi dengan rata-rata di atas 40 persen dan terus meningkat sejak Maret. Pada Juli 2020 bahkan telah meningkat menjadi 45,2 persen atau naik 3,2 persen dari posisi Desember 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper