Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bank Victoria (BVIC): Kondisi Likuiditas Kami Masih Baik

Menurut Direktur Utama Bank Victoria Ahmad Fajar hingga saat ini likuiditas emiten berkode saham BVIC tersebut masih tetap pada kondisi yang baik. 
Bank Victoria/victoriabank.co.id
Bank Victoria/victoriabank.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Victoria International Tbk. optimistis kondisi likuiditas perseroan akan tetap terjaga sampai akhir tahun. 

Menurut Direktur Utama Bank Victoria Ahmad Fajar hingga saat ini likuiditas emiten berkode saham BVIC tersebut masih tetap pada kondisi yang baik. "Hal ini dapat dilihat dari rasio likuiditas Bank melalui rasio LFR bank yang saat ini berada pada kisaran yang sehat yakni 82%," katanya, belum lama ini. 

Adapun, upaya restrukturisasi selama masa pandemi emiten berkode BVIC ini mencapai Rp6,37 triliun, atau sekitar 40% dari baki kredit Rp15,80 triliun pada akhir kuartal kedua tahun ini.

Rasio pembiayaan terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) per Juni 2020 berada pada level 87,72%, atau naik dari periode sama tahun lalu 76,35% akibat simpanan dan tabungan berjangka yang terkikis dalam.

Meski demikian, perseroan memastikan pemegang saham tetap berkomitmen pada pengembangan dan berkelanjutan bisnis dengan penyuntikan modal mengikuti batas minimum dari otoritas pengawas Rp3 triliun per akhir 2022.

Lebih lanjut, Ahmad menyatakan pihaknya berkomitmen memenuhi modal inti bank minimal Rp3 triliun pada 2022, sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.

Per 30 Juni 2020 lalu, modal BVIC tercatat sebesar Rp2,03 triliun sehingga perseroan masih perlu tambahan modal sekitar Rp970 miliar dalam dua tahun mendatang agar dapat memenuhi kewajiban modal inti tersebut.

Ahmad menyampaikan perseroan telah berkomitmen kepada OJK dapat memenuhi modal inti minimal Rp3 triliun pada 2022. Perseroan telah menyusun rencana guna memperkuat modal perseroan.

Sejumlah opsi penguatan modal terbuka mulai dari penambahan modal melalui HMETD atau rights issue hingga strategic investor. Meski begitu, pihaknya berupaya mengutamakan penguatan modal secara organik.

"Soal permodalan kami sudah komit ke OJK bahwa di 2022 untuk modal minimal Rp3 triliun akan kami penuhi baik melalui rights issue atau strategic investor. Utamanya kami penuhi dari kami sendiri," tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper