Bisnis.com, JAKARTA – Kebocoran data masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan di Tanah Air. Pasalnya, terdapat dua kasus baru terkait grup Lazada dan Cermati.com yang mengalami peretasan data.
Chairman Lembaga Riset Siber Indonesia Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha mengatakan bahwa kasus tersebut melengkapi sederet peristiwa kebocoran data sejak awal tahun.
“Jangan sampai peristiwa ini membuat fintech layu sebelum berkembang. Meskipun Cermati hanya sebatas mengumpulkan data dan melakukan forwarding, tetapi tetap menjadi perhatian masyarakat,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (3/11/2020).
Baca Juga : OJK Buka Suara Soal Peretasan Cermati.com |
---|
Mengetahui fakta ini, dia mengimbau bahwa sebaiknya keamanan siber harus menjadi salah satu yang diprioritaskan oleh PSTE (Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik) negara maupun swasta.
Pratama menyebutkan bahwa peristiwa ini juga memperlihatkan betapa rancangan undang-undang (RUU) Perlindungan Data Pribadi makin urgensi untuk hadir di Tanah Air.
Menurutnya, RUU tersebut dapat memaksa Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE) membangun sistem yang kuat dan bertanggung jawab bila terjadi pelanggaran data.
“Jangan sampai hal seperti ini terus menerus terjadi. Cermati.com memang lembaga swasta, tetapi sebelumnya juga ada website DPR yang diretas bahkan lembaga sebesar DPR saja webnya tidak ditambahkan SLL yang sekarang ini menjadi fitur standar sebuah website,” katanya.
Untuk informasi tambahan, di situs Raidforums ramai bocoran data yang diperjualbelikan dari cermati.com sebanyak 2,9 juta pengguna yang diambil dari kegiatan 17 perusahaan, sebagian besar kegiatan finansial.
Sedangkan, platform dagang elektronik (e-commerce), Lazada mengalami kebocoran sebanyak 1,1 juta data. Adapun, pihak Lazada mengatakan bahwa insiden terkait keamanan data di Singapura itu, melibatkan database khusus Redmart yang di-hosting oleh penyedia layanan pihak ketiga.