Bisnis.com, JAKARTA - Penerapan digital khususnya pada sektor keuangan terakselerasi dengan sangat cepat di tengah pandemi Covid-19.
Namun demikian, peluang tersebut dinilai belum bisa ditangkap oleh industri perbankan. Pasalnya, perbankan masih cukup lamban dalam mengakselerasi layanan digital, jika dibandingkan dengan teknologi finansial (tekfin).
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng mengatakan sumber daya dan populasi Indonesia yang sangat besar, seharusnya dapat menjadi potensi yang akan memacu ekonomi dan keuangan digital semakin berkembang.
Apalagi struktur masyarakat Indonesia yang didominasi oleh kaum milenial. Potensi ini pun bertambah dengan jumlah UMKM yang semakin terdigitalisasi saat ini.
"Bank cenderung ketinggalan melakukan transaksi digital. Dari survei BI tahun lalu, bank masih berada di kuadran pertama yang lebih fokus pada kanal elektronik seperti ATM dan EDC, meski ada beberapa sudah masuk ke kuadran dengan memperkenalkan internet dan mobile banking," katanya, Senin (9/11/2020).
Oleh karena itu, terjadi pergeseran dari pelaku di sistem pembayaran ritel. Pada 2015, sistem pembayaran ritel masih didominasi oleh perbankan. Namun, hingga akhir 2019, transaksi ini mulai bergeser dan peranan industri nonperbankan semakin berkembang.
Baca Juga
"Tapi saat ini kondisinya mulai berubah, bank-bank sudah makin menyadari pentingnya ke depan akan era digital, sehingga mereka melakukan langkah penguatan di sisi digital, terlihat dari inisiatif berbagai bank menawarkan layanan digital banking," jelasnya.