Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi mengakselerasi digitalisasi di sektor keuangan. Akan tetapi, pemahaman soal keamanan transaksi digital masih perlu terus ditingkatkan dan menjadi kunci dalam mendorong inklusi keuangan.
Anung Herlianto, Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan pandemi membuat akselerasi digital menjadi lebih cepat. Transaksi di e-commerce misalnya, naik sampai 400% per bulan.
Sebelum pandemi, kata dia, tercatat 2,4 miliar transaksi mobile banking senilai Rp4.000 triliun. Fakta lain bahwa pada 2019 atau sebelum pandemi, sekitar 97% transaksi perbankan sudah dilakukan di luar kantor bank.
Dia melanjutkan, OJK terus mendorong perbankan meningkatkan layanan digitalnya untuk mendorong inklusi keuangan. Sebab, pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau masyarakat di remote area atau unbankable.
"Kehadiran perbankan melalui kantor fisik itu sangat mahal. Untuk digitalisasi di awal memang investment sangat tinggi, tapi dalam jangka panjang bisa lebih murah dan menjangkau remote area," katanya dalam webinar Semangat Bulan Inklusi Finansial: Aman dan Nyaman Bertransaksi Online, Kamis (8/10/2020).
Namun, isu lain dari keuangan digital yakni aspek cyber security termasuk di sektor keuangan formal. Apalagi, tren kejahatan cyber terus meningkat dan muncul dengan segala cara untuk membobol rekening nasabah.
Baca Juga
Anung mengatakan, OJK terus mendorong sektor perbankan maupun platform IT lain yang memberikan layanan keuangan terus meningkatan mitigasi risiko. Namun nasabah tetap menjadi ujung tombak untuk menghindari kejahatan bermodus social engineering. OJK sendiri terus melakukan edukasi keamanan digital sejak 5 tahun lalu dan melakukan percepatan sejak 3 tahun lalu.
Sementara itu, Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata mengatakan keamanan digital penting untuk mendorong inklusi keuangan. Sebab, keuangan digital adalah paradigma baru sehingga kepercayaan menjadi penting.
Oleh karena itu, Gojek dan Gopay selalu melakukan edukasi bersama dengan ekosistem dan regulator tidak hanya meningkatkan literasi, tetapi juga pemahaman tentang keamanan bertransaksi digital.
"Menurut kami menjaga digital itu penting untuk menjaga inklusi keuangan. Solusi keuangan digital masih bisa didorong lebih lanjut lagi, apalagi penetrasi inklusi keuangan saat ini masih minim," katanya.